contoh Khutbah Jumat dengan tema "Dua Hal yang Memudahkan Masuk Surga"
Khutbah Jumat: Dua Hal yang Memudahkan Masuk Surga
Khutbah
إنَّ الحَمْدَ لله،
نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ
سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا
هَادِي لَهُ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا
اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى
مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Ma’asyirol muslimin
rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji bagi Allah,
Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya.
Selain bertakwa, Allah memerintahkan kita pula untuk berakhlak yang mulia
kepada sesama. Dengan menjalankan kebaikan dan ketaatan itulah bentuk syukur
kita kepada Sang Khaliq, Rabbal ‘Alamin. Tanpa ketaatan, seseorang tidak
disebut bersyukur walaupun dia memiliki harta yang melimpah dan berbagai nikmat
lainnya di tangannya.
Pada hari Jumat penuh
berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, para sahabat, serta
pengikut setia beliau hingga akhir zaman.
Ma’asyirol muslimin
rahimani wa rahimakumullah …
Perintah takwa inilah yang sering kita dengar dalam khutbah Jumat
berulang kali,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.“ (QS. Ali
Imran: 102)
Apa bentuk takwa yang
sebenarnya?
Sebagaimana disebutkan
dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim oleh Ibnu Katsir, dari
Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata mengenai takwa yang
sebenarnya,
لاَ يَتَّقِي العَبْدُ اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ حَتَّى يَخْزُنُ مِنْ لِسَانِهِ
“Tidaklah seseorang disebut
bertakwa dengan sebenar-benarnya kepada Allah sampai ia bisa menjaga lisannya.”
Kata Ibnu
Katsir rahimahullah,
وَمَنْ مَاتَ عَلَى شَيْءٍ
بُعِثَ عَلَيْهِ
“Siapa yang meninggal dunia
dengan suatu keadaan, maka ia akan dibangkitkan seperti keadaan itu pula.”
Perlu diingat bahwa ada dua
amalan yang membuat seseorang mudah masuk surga, yaitu takwa dan
akhlak yang mulia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ «
تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ
النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ»
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan
seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan
berakhlak yang baik.’ Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak
memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, ‘Perkara yang disebabkan
karena mulut dan kemaluan.’” (HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no.
4246. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Apa itu Takwa?
Takwa asalnya adalah
menjadikan antara seorang hamba dan sesuatu yang ditakuti suatu penghalang.
Sehingga takwa kepada Allah berarti menjadikan antara hamba dan Allah suatu
benteng yang dapat menghalangi dari kemarahan, murka dan siksa Allah. Takwa ini
dilakukan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat.
Namun takwa yang sempurna kata
Ibnu Rajab Al-Hambali adalah dengan mengerjakan kewajiban,
meninggalkan keharaman dan perkara syubhat, juga mengerjakan perkara sunnah,
dan meninggalkan yang makruh. Inilah derajat takwa yang paling tinggi.
Ibnu Mas’ud ketika menafsirkan
ayat “bertakwalah pada Allah dengan sebenar-benarnya takwa” yang
terdapat dalam surah Ali Imran ayat 102, beliau berkata,
أَنْ يُطَاعَ فَلاَ يُعْصَى ،
وَيُذْكَرُ فَلاَ يُنْسَى ، وَأَنْ يُشْكَرَ فَلاَ يُكَفَّرُ
“Maksud ayat tersebut adalah
Allah itu ditaati, tidak bermaksiat pada-Nya. Allah itu terus diingat, tidak
melupakan-Nya. Nikmat Allah itu disyukuri, tidak diingkari.” (HR. Al-Hakim
secara marfu’, namun mauquf lebih shahih, berarti hanya perkataan Ibnu Mas’ud).
Yang dimaksud bersyukur kepada Allah di sini adalah dengan melakukan segala
ketaatan pada-Nya.
Adapun maksud mengingat Allah
dan tidak melupakan-Nya adalah selalu mengingat Allah dengan hati pada setiap
gerakan dan diamnya, begitu saat berucap. Semuanya dilakukan hanya untuk meraih
pahala dari Allah. Begitu pula larangan-Nya pun dijauhi. (Lihat Jami’
Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:397-402)
Apa itu Akhlak yang Baik?
Ibnu Rajab mengatakan
bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian dari takwa. Akhlak disebutkan secara
bersendirian karena ingin ditunjukkan pentingnya akhlak. Sebab
banyak yang menyangka bahwa takwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa
memperhatikan hak sesama. (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam,
1:454).
Bahkan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang baik sebagai tanda
kesempurnaan iman. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ
إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no.
4682 dan Ibnu Majah, no. 1162. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad
hadits ini hasan)
Bentuk Akhlak yang
Baik
Akhlak yang baik (husnul
khuluq) ditafsirkan oleh para salaf dengan menyebutkan beberapa contoh.
Al-Hasan
Al-Bashri rahimahullah mengatakan,
حُسْنُ الخُلُقِ : الكَرَمُ
وَالبَذْلَةُ وَالاِاحْتِمَلُ
“Akhlak yang baik adalah
ramah, dermawan, dan bisa menahan amarah.”
Asy-Sya’bi berkata bahwa
akhlak yang baik adalah,
البَذْلَةُ وَالعَطِيَّةُ
وَالبِشرُ الحَسَنُ ، وَكَانَ الشَّعْبِي كَذَلِكَ
“Bersikap dermawan, suka
memberi, dan memberi kegembiraan pada orang lain.” Demikianlah Asy-Sya’bi, ia
gemar melakukan hal itu.
Ibnul Mubarak mengatakan bahwa
akhlak yang baik adalah,
هُوَ بَسْطُ الوَجْهِ ،
وَبَذْلُ المَعْرُوْفِ ، وَكَفُّ الأَذَى
“Bermuka manis, gemar
melakukan kebaikan, dan menahan diri dari menyakiti orang lain.”
Imam Ahmad berkata,
حُسْنُ الخُلُقِ أَنْ لاَ
تَغْضَبَ وَلاَ تَحْتَدَّ ، وَعَنْهُ أنَّهُ قَالَ : حُسْنُ الخُلُقِ أَنْ
تَحْتَمِلَ مَا يَكُوْنُ مِنَ النَّاسِ
“Akhlak yang baik adalah tidak
mudah marah dan cepat naik darah.” Beliau juga berkata, “Berakhlak yang baik
adalah bisa menahan amarah di hadapan manusia.”
Ishaq bin Rohuwyah berkata
tentang akhlak yang baik,
هُوَ بَسْطُ الوَجْهِ ، وَأَنْ
لاَ تَغْضَبَ
“Bermuka manis dan tidak
marah.” (Lihat Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:457-458)
Semoga kita bisa memiliki ketakwaan dan akhlak
yang mulia yang memudahkan kita ke surga.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.!
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ
يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ
مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ
وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ
قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ
يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ
عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا
وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ
أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ
اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ
السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ
وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Saat
Ketenaran Duniawi Menjadi Tujuan
Oleh
: Murod Asy Syathiri
إنَّ الحَمْدَ لله،
نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ
سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا
هَادِي لَهُ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا
اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى
مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jama’ah shalat
jum’ah yang dirahmati Allah SWT
Khatib mewasiatkan kepada
seluruh para jama’ah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Salah satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal perbuatan, yang tidak
mengharapkan apapun dan ridha siapapun kecuali hanya ridha Allah ﷻ. Sehingga
amal kita diterima di sisi Allah serta mendapatkan balasan berupa jannah-Nya
yang penuh dengan kenikmatan.
Hadirin sidang
jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT
Hari ini kita
dihadapkan pada suatu masa, ketika harta, kedudukan, serta pujian manusia
menjadi ukuran kemuliaan dan ketinggian seseorang di hadapan yang lain. Bahwa
orang hebat adalah yang terkenal dan namanya sering disebut di mana-mana, orang
sukses adalah orang yang punya kedudukan serta jabatan tinggi. Orang besar
adalah mereka yang selalu bekecukupan harta dan hidup tanpa kesusahan, serta
seabrek indikator-indikator ‘palsu’ dimunculkan untuk merusak pemahaman manusia
tentang makna kesuksesan dan kemuliaan. Supaya manusia tertipu dan lupa pada
hakikat ketinggian dan kemuliaan yang sebenarnya, yakni ketaqwaan dan ketaatan
kepada Allah.
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ
ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا ۗ اِنَّ
اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ
ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
yaaa ayyuhan-naasu innaa kholaqnaakum
min zakariw wa unsaa wa ja'alnaakum syu'uubaw wa qobaaa`ila lita'aarofuu, inna
akromakum 'indallohi atqookum, innalloha 'aliimun khobiir
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui Mahateliti”. (QS al-Hujurat: 13)
Akibatnya, banyak
orang yang akhirnya beramal hanya demi mencari ridho dan kerelaan manusia,
tanpa peduli lagi pada pahala dan balasan dari Allah. Asal pekerjaan itu
disenangi dan dikagumi serta mulia di mata manusia, syariat Allah rela
dijadikan tumbal. Akhirnya, muncullah golongan manusia yang beramal supaya
dilihat dan dipuji oleh orang lain, atau beramal karena riya’.
Mereka berebut agar bisa menjadi objek pujian dan perhatian manusia dalam
setiap amal yang mereka kerjakan. Karena mereka menganggapnya sebagai upaya
‘mengejar kesuksesan’.
Tanpa disadari,
sebenarnya mereka sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa hidup bukan
hanya sekedar untuk mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa, bahwa esensi
dari penciptaan mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas hanya
kepada-Nya. Semua perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil pasti akan
mendapatkan balasan yang setimpal. Bagi mereka yang beramal karena Allah, Allah
sendirilah yang telah menjamin pahala dan balasannya. Lalu, bagaimana mereka
yang beramal dengan menjilat manusia?
Rasulullah ﷺ
bersabda, “Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah meskipun ia
memperoleh kebencian dari manusia, maka Allah akan mencukupkan dia dari
ketergantungan kepada manusia. Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia
dengan mendatangkan kemurkaan Allah, maka Allah akan menyerahkanya kepada
manusia.”(HR Tirmidzi).
Imam Muhammad bin
Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi mengatakan,
“Maksudnya, Allah akan menjadikannya berada dibawah kuasa manusia, lalu mereka
menyakiti dan menganiayanya.”
Yang menyedihkan,
penyakit haus pujian atau riya’ ini ternyata tidak hanya
menyerang kalangan awam saja. Bahkan banyak pengidapnya justru orang-orang yang
faham akan bahaya riya’ itu sendiri. Mereka yang ahli
ibadah, para da’i dan mubaligh, thalibul ilmi, serta para
penghafal al-qur’an justru lebih berpotensi besar terjangkiti virus ini.
Kuantitas amal shalih yang mereka kerjakan, ternyata membuat setan tergiur
untuk mengggelincirkan kelompok ini, agar keikhlasan mereka pudar, dan ganti
beramal untuk manusia, pujian, serta kedudukan. Seorang da’i akan di hasut
setan agar berbuat riya’ memperbagus dakwahnya demi
popularitas dan dikatakan sebagai ‘penguasa panggung’. Para penghafal Al-Qur’an
akan diarahkan supaya beramal demi dianggap sebagai ‘orang yang dekat
dengan Kitabullah’. Sedangkan setan akan menghasut para alim
ulama agar mereka beramal supaya dielukan sebagai orang yang ‘fakih dan faham
dalam masalah dien’. Wal ‘iyadzu billah.
Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin menjelaskan tentang definisi riya’, “Riya’
adalah ibadahnya seseorang kepada Allah, akan tetapi ia melakukan dan
membaguskannya supaya di lihat dan dipuji oleh orang lain, seperti dikatakan sebagai
ahli ibadah, orang yang khusyu’ shalatnya, yang banyak berinfaq dan
sebagainya.” Intinya dia ingin agar apa yang dikerjakan mendapat
pujian dan keridhoan manusia. Rasulullah menyebut riya’ dengan
“syirik kecil”, karena sejatinya pelaku riya’ tidak
mutlak menjadikan amalan tersebut sebagai bentuk ibadah kepada manusia, serta
sarana taqarrub kepadanya. Meskipun begitu, bahayanya tak
bisa dianggap sebelah mata.
Jama’ah shalat
jum’at yang dirahmati Allah SWT
Jauh-jauh hari
Rasulullah sudah memperingatkan kita tentang betapa bahayanya “syirik kecil”
ini. Beliau bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ
عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ
كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ
جَزَاءً
“Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya:
Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Riya’, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat
saat semua manusia diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang
yang dulu kau perlihatkan amalmu kepada mereka di dunia, lalu lihatlah apakah
kalian menemukan balasan disisi mereka?” (HR Ahmad)
Imam an-Nawawi dalam
kitab Riyadush Shalihin, dalam bab Tahriimur Riya’ (pengharaman riya’)
menyebutkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah. Dalam
hadist tersebut Rasulullah bersabda tentang tiga orang yang pertama kali di
hisab pada hari kiamat. Mereka adalah orang yang mati syahid dalam pertempuran,
seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, serta orang yang selalu
berinfaq di jalan Allah. Setelah mereka dipanggil, maka ditunjukkan kepada
mereka kenikmatan dan pahala yang banyak karena amal shalih yang telah mereka
kerjakan. Namun ternyata pahala mereka musnah, dan ketiganya justru menjadi
penghuni neraka, karena ternyata amal kebaikan yang mereka kerjakan di dunia
hanya bertujuan mendapatkan pengakuan dan pujian dari manusia. Mereka menjual
pahala dan kenikmatan akhirat demi manisnya ucapan dan indahnya pandangan orang
lain. Na’udzu billahi min dzalik.
Bagaimana cara kita
menjauhi virus yang satu ini? Solusinya adalah dengan berusaha untuk ikhlas di
setiap amal yang kita kerjakan, dan selalu berupaya protektif menjaganya.
Karena setan tak akan pernah menyerah untuk memberikan bisikan-bisikannya demi
menggoyahkan dan merusak keikhlasan seseorang. Agar manusia menjadi budak
sesamanya, beramal untuk kepuasan semu, serta mencampuradukkan tujuan hakiki
amal shalih dengan tujuan bathil.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.!
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ
العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ
وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ
يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ
مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى
بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ
عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ
الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ
أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ
اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ
السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ
يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
TEMA RODA KEHIDUPAN
KHUTBAH PERTAMA:
إنَّ الحَمْدَ لله،
نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ
سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا
هَادِي لَهُ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا
اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى
مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jama’ah
Jum’at rahimakumullah…
Mari kita tingkatkan
ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang
sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan
Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam serta menjauhi apa
yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.
Jama’ah Jum’at
yang semoga dimuliakan Allah…
Roda kehidupan. Itulah
barangkali salah satu ungkapan yang pas untuk menggambarkan perjalanan kita di
dunia yang fana ini. Roda yang berputar, kadang di atas dan kadang pula di
bawah. Ada kehidupan dan ada kematian. Ada kondisi sehat dan ada kondisi sakit.
Ada rasa senang dan adapula rasa susah. Ada kondisi kaya dan ada kondisi
miskin. Ada saatnya naik jabatan dan ada saatnya pula turun dari jabatan. Ini
semua adalah bagian dari ujian kehidupan.
Allah ta’ala berfirman,
“وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ
وَالْخَيْرِ فِتْنَةً”
Artinya: “Kami
(Allah) akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan”. QS. Al-Anbiya’ (21): 35.
Beruntunglah para manusia
yang sukses dan berhasil melewati berbagai macam ujian yang sangat beragam
tersebut dengan baik..
Kaum muslimin dan
muslimat yang kami hormati…
Tidak mudah memang untuk
sukses dalam melewati berbagai macam ujian yang amat beragam itu. Ada yang
sukses saat diuji dengan kekayaan, namun ternyata ia gagal ketika diuji dengan
kemiskinan. Ada pula yang sebaliknya; sukses saat diuji dengan kemiskinan,
tetapi gagal ketika diuji dengan kekayaan.
Ada yang sukses saat diuji
dengan kesehatan, namun gagal ketika diuji dengan sakit. Sebaliknya, ada yang
sukses saat diuji dengan sakit, tetapi gagal ketika diuji dengan kesehatan.
Ada yang sukses saat
mendapat ujian naik jabatan, namun gagal ketika diuji turun jabatan. Adapula
yang sebaliknya, sukses saat mendapat ujian turun jabatan, namun gagal ketika
diuji naik jabatan.
Bagaimanakah gerangan
caranya agar kita bisa sukses total dalam menghadapi berbagai macam ujian yang
beragam tadi?
Faktor pertama dan utama
yang diperlukan hamba, adalah taufik dan bantuan dari Allah ta’ala.
Jama’ah Jum’at
yang dirahmati Allah…
Taufik dari Allah adalah
karunia yang diberikan-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki. Tidak peduli
apakah ia pejabat atau rakyat jelata, pria atau wanita, tua atau muda, bersuku
Jawa atau Sunda atau Sumatra. Semua berpeluang untuk mendapatkan karunia
istimewa tersebut.
Namun, kita semua dituntut
untuk berusaha dan berikhtiar dalam mengejar karunia mulia itu. Salah satu bentuknya
adalah dengan mengamalkan nasehat Nabi shallallahu ’alaihi
wasallam berikut ini,
“تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ
فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ”
“Kenalilah Allah saat
lapang; niscaya Dia akan mengenalimu ketika engkau susah”. HR. Al-Hakim dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan
dinyatakan sahih oleh al-Albaniy.
Dalam kitab Jâmi’
al-‘Ulûm wa al-Hikam, Imam Ibn Rajab rahimahullah menjelaskan
makna hadits di atas. Maksud dari mengenali Allah saat lapang adalah: bertakwa
kepada-Nya serta menjalankan aturan-Nya. Barang siapa menjalankan hal itu, maka
ia telah mengenal Allah. Sehingga ia memiliki hubungan spesial
dengan-Nya. Nah, ketika ia mengalami kondisi susah, niscaya
saat itu Allah akan mengenalinya. Kedekatannya dengan Allah saat lapang, sangat
bermanfaat dalam kondisi susah seperti ini. Ia akan disayang Allah dan
dikabulkan permintaannya.
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah…
Kondisi lapang, contohnya
adalah saat kita sehat, kaya, menduduki jabatan dan yang semisal dengan itu.
Sedangkan kondisi susah,
contohnya adalah ketika kita sakit, miskin, turun jabatan dan yang semisalnya.
Maka, saat
kondisi fisik sehat, gunakanlah kesempatan emas itu untuk lebih
bersemangat dalam beribadah kepada Allah ta’ala. Menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Tunaikan shalat
berjamaah di masjid dan ringan tanganlah dalam membantu orang lain yang
membutuhkan bantuan.
Bila itu dilakukan, insyaAllah kita
akan dibantu Allah agar kuat dalam menghadapi ujian sakit. Akan terasa ringan
dalam menjalani penderitaan itu. Akan dibantu untuk bisa bersabar dalam
menanggung ketidaknyamanan. Dan mungkin juga akan segera dikaruniai kesembuhan
oleh Allah ta’ala.Itulah antara lain buah dari kepatuhan kita
dahulu pada Allah, saat kondisi tubuh kita sedang sehat.
Setali tiga uang, saat
kondisi rizki sedang lancar. Tunaikanlah zakat harta kita, jangan
lupakan saudara-saudara kita kaum fakir-miskin dan dhu’afa. Dukung
proyek-proyek kebaikan Islam.
Bila itu dijalankan, insyaAllah ketika
rizki seret, keimanan kita akan tetap kokoh karena dijaga oleh Allah ‘azza
wa jalla. Rizki yang sedikit akan tetap mencukupi kebutuhan kita, karena
diberkahi oleh Allah. Dan mungkin badai ujian ekonomi tersebut akan segera
berakhir. Itulah antara lain buah dari ketaatan kita dahulu pada Allah saat
rizki sedang lancar.
Tidak jauh berbeda,
manakala kita menduduki kursi jabatan. Pergunakanlah
kesempatan emas itu untuk mematuhi dan menjalankan aturan-aturan Allah, bukan
justru melanggarnya. Adakanlah kegiatan-kegiatan yang tidak menabrak aturan
agama. Berusahalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan justru
memperkaya diri sendiri dan kroni-kroni. Imbangkanlah pembangunan fisik dan
mental, jasmani dan rohani. Jangan timpang antara keduanya.
Apabila seluruh kebaikan
itu ditunaikan, insyaAllah saat turun dari kursi jabatan,
kita akan tetap disegani dan dihormati oleh rakyat dan bawahan. Akan ikhlas
dalam menjalani ketetapan Tuhan. Serta yang paling istimewa dari itu
semua, insyaAllah akan meraih keridhaan dari Allah Yang Maha
Rahman. Itulah antara lain buah manis dari kepatuhan kita kepada Allah, saat
dahulu sedang menduduki kursi jabatan
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.!
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ
العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ
وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ
يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ
مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ
وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ
قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ
يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ
عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا
وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا،
اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ
وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا
رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
.
TEMA Tiga dosa pada anak muda
Khutbah Pertama
إنَّ الحَمْدَ لله،
نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ
سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا
هَادِي لَهُ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا
اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى
مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah …
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya. Takwa inilah
bentuk syukur kita kepada Allah.
Pada hari Jumat yang penuh berkah ini,
kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, para sahabat, serta pengikut
setia beliau hingga akhir zaman.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa
rahimakumullah …
Kalau kita mau bandingkan anak muda saat ini dengan masa silam, sungguh
jauh berbeda. Anak muda yang dulu ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah mereka yang peduli pada agamanya, bahkan membela
agama dan nabinya. Mereka juga punya akhlak yang mulia seperti berbakti kepada
kedua orang tuanya. Coba bandingkan dengan pemuda saat ini (zaman now). Ada
tiga dosa yang akan kita temukan dan tiga dosa ini dianggap biasa.
Pertama: Durhaka
kepada Orang Tua
Coba renungkan dahulu ayat berikut.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚإِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’: 23)
Kata Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah yang
dimaksud dengan ayat di atas, “Janganlah berkata ah, jika kalian melihat
sesuatu dari salah satu atau sebagian dari keduanya yang dapat menyakiti
manusia. Akan tetapi bersabarlah dari mereka berdua. Lalu raihlah pahala dengan
bersabar pada mereka sebagaimana mereka bersabar merawatmu kala kecil.”
Mengenai maksud berkata uff (ah) dalam
ayat, dikatakan oleh Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah,
“Segala bentuk perkataan keras dan perkataan jelek (pada orang tua, pen.)”
Coba perhatikan bentuk kedurhakaan kepada orang tua yang dianggap jelek
oleh ulama di masa silam.
Mujahid rahimahullah mengatakan, “Tidak sepantasnya
seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya. Begitu
juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang
tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya
sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”
Ka’ab Al-Ahbar pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk
durhaka pada orang tua, beliau mengatakan,
إِذَا أَمَرَكَ وَالِدُكَ بِشَيْءٍ فَلَمْ تُطِعْهُمَا
فَقَدْ عَقَقْتَهُمَا العُقُوْقَ كُلَّهُ
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan
dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah
melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.” (Birr Al-Walidain,
hlm. 8 karya Ibnul Jauziy)
Coba perhatikan, banyak ataukah tidak kedurhakaan anak muda saat ini
seperti yang ditunjukkan di atas? Betapa banyak anak muda saat ini dengan orang
tua saja berbicara keras dan kasar.
Kedua: Pacaran,
Suka Nonton Video Porno, Hingga Onani dan Berzina
Padahal zina itu dilarang, dan segala jalan menuju zina pun dilarang.
Di antara jalan menuju zina adalah melalui pacaran.
Dalam ayat disebutkan,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ
سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa Allah
melarang zina dan mendekati zina, serta dilarang pula berbagai penyebab yang
dapat mengantarkan kepada zina. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim,
5:71.
Kita pun dilarang melihat aurat yang lainnya seperti yang terjadi pada
video porno yang saat ini jadi kecanduan bagi anak muda.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلاَ
الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ وَلاَ يُفْضِى الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ
فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ وَلاَ تُفْضِى الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِى الثَّوْبِ
الْوَاحِدِ
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain.
Janganlah pula pula seorang wanita melihat aurat wanita lain. Janganlah seorang
laki-laki berada dalam satu selimut dengan laki-laki lain. Janganlah pula pula
seorang wanita berada satu selimut dengan wanita lain.” (HR. Muslim, no.
338)
Adapun melakukan onani berarti tidak bisa menjaga kemaluannya. Dalam
ayat diperintahkan,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (29) إِلَّا
عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ
مَلُومِينَ (30) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
(31)
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Ma’arij: 29-31).
Ketiga: Shalat Masih Bolong-Bolong
Padahal shalat itu bagian dari rukun Islam.Dari
Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu
‘anhuma, ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ
الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang
berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke
Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari, no. 8; Muslim, no. 16)
Meninggalkan satu shalat saja begitu berbahaya.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ،
تَرْكَ الصَّلاَةِ
“Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu
adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, no. 82)
Sengsaranya Anak
Muda adalah Kalau Jauh dari Agama
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ يَبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِي جَوَّاظٍ سَخَابٍ فِي
الأَسْوَاقِ جَيْفَةٌ بِاللَّيْلِ حِمَارٌ بِالنَّهَارِ عَالِمٌ بِالدُّنْيَا
جَاهِلٌ بِالآخِرَةِ
“Allah sangat membenci orang ja’dzari (orang sombong), jawwadz
(rakus lagi pelit), suka teriak di pasar (bertengkar berebut hak), bangkai di
malam hari (tidur sampai pagi), keledai di siang hari (karena yang dipikir
hanya makan), pintar masalah dunia, namun bodoh masalah
akhirat.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya 72 –
Al-Ihsan. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam tahqiq Shahih Ibnu
Hibban menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat Muslim).
Demikian khutbah pertama ini. Semoga
Allah memberi taufik dan hidayah.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.!
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ
العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ
وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ
يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ
مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ
وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ
قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ
يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ
الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ
عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا
وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ
أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ
اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ
السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ
وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Post a Comment for "contoh Khutbah Jumat dengan tema "Dua Hal yang Memudahkan Masuk Surga""