Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CONTOH PERSENTASI TENTANG UNSUR UNSUR BUDAYA JAWA



UNSUR UNSUR BUDAYA JAWA

A. Sejarah Suku Jawa
Secara Etimologi asal mula nama “Jawa” tidak jelas. Salah satu kemungkinan adalah nama pulau ini berasal dari tanaman jáwa-wut, yang banyak ditemukan dipulau ini pada masa purbakala, sebelum masuknya pengaruh India pulau ini mungkin memiliki banyak nama. Ada pula dugaan bahwa pulau ini berasal dari kata jaú yang berarti "jauh". DalamBahasa Sanskerta yava berarti tanaman jelai, sebuah tanaman yang membuat pulau ini terkenal. Yawadvipadisebut dalam epik India Ramayana. Sugriwa, panglimawanara (manusia kera) dari pasukan Sri Rama, mengirimkan utusannya ke Yawadvipa (pulau Jawa) untuk mencari Dewi Shinta. Kemudian berdasarkan kesusastraan India terutama pustaka Tamil, disebut dengan nama Sanskerta yāvaka dvīpa (dvīpa = pulau). Dugaan lain ialah bahwa kata "Jawa" berasal dari akar kata dalam bahasa Proto-Austronesia, yang berarti 'rumah'.

B. Peralatan Dan Perlengkapan Hidup
Sebagai suatu kebudayaan, suku Jawa tentu memiliki peralatan dan perlengkapan hidup yang khas diantaranya yang paling menonjol adalah dalam segi bangunan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jawa memiliki ciri sendiri dalam bangunan mereka, khususnya rumah tinggal. Ada beberapa  jenis rumah yang dikenal oleh masyarakat suku Jawa, diantaranya adalah rumah limasan, rumah joglo, dan rumah serotong. Rumah limasan, adalah rumah yang paling umum ditemui di daerah Jawa, karena rumah ini merupakan rumah yang dihuni oleh golongan rakyat jelata. Sedangkan rumah Joglo, umumnya dimiliki sebagai tempat tinggal para kaum bangsawan, misalnya saja para kerabat keraton.
 Umumnya rumah di daerah Jawa menggunakan bahan batang bambu, glugu (batang pohon nyiur), dan kayu jati sebagai kerangka atau pondasi rumah. Sedangkan untuk dindingnya, umum digunakan gedek atau anyaman dari bilik bambu, walaupun sekarang, seiring dengan perkembangan zaman, banyak juga yang telah menggunakan dinding dari tembok. Atap pada umumnya terbuat dari anyaman kelapa kering (blarak) dan banyak juga yang menggunakan genting.

C. Mata Pencaharian
1.    Pertanian
      Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan), tanaman utama adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau, tebu dan rosella.
2.    Perikanan
      Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala dan jarring
3.    Peternakan
      Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.
4.    Kerajinan
      Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan peralatan pertanian.
   
      Dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani, baik bertani disawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat pantai.
D. Sistem Kekerabatan
   Dalam sistem kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama haknya, dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki. Walaupun hubungan kekerabatan diluar keluarga inti tidak begitu ketat aturannya, namun bagi orang jawa hubungan dengan keluarga jauh tetap penting.
Masyarakat Jawa dalam hal perkawinanya melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup:
Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).
Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.
Paningset; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
Pasok Tukon; Upacara penyerahan harta benda kepada keluarga si gadis berupa uang,pakaian dan sebagainya, diberikan tiga hari sebelum pernikahan.
Pingitan; Calon istri tidak diper4bolehkan keluar rumah selama 7 hari atau 40 hari sebelum perkawinan.
Tarub; Mempersiapkan perlengkapan perkawianan termasuk menghias rumah dengan janur.
Sistem Kemasyarakatan
Dalam sistem kemasyarakatan, akan dibahas mengenai pelapisan sosial. Dalam sistem kemasyarakatan Jawa, dikenal 4 tingkatan yaitu Priyayi, Ningrat atau Bendara, Santri dan Wong Cilik.

a. Priyayi ini sendiri konon berasal dari dua kata bahas Jawa, yaitu “para” dan “yayi” atau yang berarti para adik. Dalam istilah kebudayaan Jawa, istilah priyayi ini mengacu kepada suatu kelas sosial tertinggi di kalangan masyarakat biasa setelah Bendara atau ningrat karena memiliki status sosial yang cukup tinggi di masyarakat. Biasanya kaum priyayi ini terdiri dari para pegawai negeri sipil dan para kaum terpelajar yang memiliki tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya
b.Ningrat atau Bendara adalah kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa. pada tingkatan ini biasanya diisi oleh para anggota keraton, atau kerabat-kerabatnya, baik yang memiliki hubungan darah langsung, maupun yang berkerabat akibat pernikahan. Bendara pu memiliki banyak tingkatan juga di dalamnya, mulai dari yang tertinggi, sampai yang terendah. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari gelar yang ada di depan nama seorang bangsawan tersebut.
c. golongan santri. Golongan ini tidak merujuk kepada seluruh masyarakat suku Jawa yang beragama muslim, tetapi, lebih mengacu kepada para muslim yang dekat dengan agama, yaitu para santri yang belajar di pondok-pondok yang memang banyak tersebar di seluruh daerah Jawa.
d. Terakhir, adalah wong cilik atau golongan masyarakat biasa yang memiliki kasta terendah dalam pelapisan sosial. Biasanya golongan masyarakat ini hidup di desa-desa dan bekerja sebagai petani atau buruh. Golongan wong cilik pun dibagi lagi menjadi beberapa golongan kecil lain yaitu:

1.Wong Baku: golongan ini adalah golongan tertinggi dalam               golongan wong cilik, biasanya mereka adalah               orang-orang yang pertama mendiami suatu desa,               dan memiliki sawah, rumah, dan juga pekarangan.

2.Kuli Gandok atau Lindung: masuk di dalam golongan ini adalah                para lelaki yang telah menikah, namun tidak                            memiliki tempat tinggal sendiri, sehingga ikut                menetap di tempat tinggal mertua.
3. Joko, Sinoman, atau Bujangan: di dalam golongan ini adalah semua laki-laki yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tua, atau tinggal bersama orang lain. Namun, mereka masih dapat memiliki tanah pertanian dengan cara pembelian atau tanah warisan.

Desa-desa di Jawa umumnya dibagi-bagi menjadi bagian-bagian kecil yang disebut dengan dukuh, dan setiap dukuh dipimpin oleh kepala dukuh. Di dalam melakukan tugasnya sehari-hari, para pemimpin desa ini dibantu oleh para pembantu-pembantunya yang disebut dengan nama Pamong Desa. Masing-masing pamong desa memiliki tugas dan perananya masing-masing. Ada yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban desa, sampai dengan mengurus masalah perairan bagi lahan pertanian warga.

E. BAHASA
a.Bahasa
  Mayoritas orang Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Sebagian lainnya menggunakan bahasa Jawa yang bercampur bahasa Indonesia. Bahasa Jawa bisa dikatakan bahasa yang rumit karena selain memiliki tingkatan berdasarkan siapa yang diajak bicara, bahasa Jawa juga memiliki perbedaan dalam hal intonasi. Aspek bahasa ini mempengaruhi hubungan sosial dalam budaya Jawa. Bahasa Jawa sendiri memiliki berbagai macam variasi dialek atau pengucapan. Pada dasarnya, dialek tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Bahasa Jawa dialek Cirebon, dialek Tegal, dialek Banyumas dan dialek Bumiayu (dialek barat).
Bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang, dialek Yogyakarta dan dialek Madiun (dialek madya/tengah).
Bahasa Jawa dialek Surabaya, dialek Malang, dialek Jombang, dialek Banyuwangi (dialek timur).
b. Bahasa Tulisan

Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Aksara jawa disebut juga dengan nama aksara Legenda. Aksara Legena merupakan aksara Jawa pokok yang jumlahnya 20 buah. Hanacaraka atau dikena¬l dengan nama carakan atau cacarakan adalah aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan untuk naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Sasak.

Hanacaraka  dikenal sebagai (tulisan Jawa atau abjad Jawa) ialah suatu sistem tulisan abjad suku kata yang digunakan oleh orang Jawa untuk menulis dalam bahasa Jawa. Ia juga digunakan di Bali, Sunda, dan Madura. Bahkan ditemukan pula surat-surat dalam bahasa Melayu yang menggunakan tulisan Hanacaraka. Tulisan ini berasal daripada tulisan kawi yang mempunyai asal-usul dari tulisan Brahmi di India. Hanacaraka dinamakan sedemikian kerana lima huruf pertamanya membentuk sebutan "ha-na-ca-ra-ka". Hanacaraka juga boleh merujuk kepada kelompok sistem tulisan yang berkait rapat dengan tulisan Jawa dan menggunakan susunan abjad yang sama, iaitu tulisan Jawa sendiri, tulisan Bali dan tulisan Sunda.

F.Kesenian
Kesenian Suku Jawa
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama
dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang.
 Repertoar cerita wayang atau lakonsebagian besar berdasarkan
 wiracarita Ramayana danMahabharata. Selain pengaruh India,
 pengaruh Islam danDunia Barat ada pula. Seni batik dan keris
merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan,
yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan
budaya dan tradisi Jawa. Sistem kesenian masyarakat jawa memiliki
 dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur.
1.    Kesenian tipe jawa tengah
Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya
sebagai berikut:
•Seni Tari Contoh: Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi
• dan tari bambang cakil, tari jaipong.
•Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu
•dolanan suwe ora jamu, gek kepiye dan pitik tukung.
•Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah.
•Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah
• antara lain adalah ketoprak.
2.  Kesenian tipe jawa timur
Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut:
a.)Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda                              lumping.
Seni pewayangan antara lain wayang beber.
Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung (dari Surabaya).
Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.

3. Rumah adat jawa
Rumah adat Jawa antara lain corak limasan dan joglo. Rumah situbondo merupakan model rumah adat jawa timur yang mendapat pengaruh dari rumah madura.

4.    Pakaian adat jawa
Pakaian pria jawa tengah adalah penutup kepala yang di sebut kuluk, berbaju jas sikepan, korset dan kris yang terselip di pinggang. Memakai kain batik dengan pola dan corak yang sama dengan wanita. Wanitanya memakai kain kebaya panjang dengan batik sanggulnya disebut bakor mengkurep yang diisi dengan daun pandan wangi.

G. SISTEM KEPERCAYAAN
Kepercayaan/ Agama
  Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam, sebagian yang lainya menganuti agama Kristian, Protestan danKatolik, termasuknya dikawasan luar bandar, dengan penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan dikalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agamaKejawen. Kepercayaan ini pada dasarnya berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh agama Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal kerana sifat asimilasi kepercayaannya, dengan semua budaya luar diserap dan ditafsirkan mengikut nilai-nilai Jawa.
#  Selain itu masyarakat Jawa percaya terhadap hal-hal tertentu yang dianggap keramat, yang dapat mendatangkan mala petaka jika di tintang atau diabaikan. Kepercayaan itu diantaranya :
Kepercayaan terhadap Nyi roro kidul
Kepercayaan kepada hari kelahiran (Wathon)
Kepercayan terhadap hari-hari yang dianggap baik
Kepercayaan kepada Nitowong
Kepercayaan kepada dukun prewangan
H.Sistem Pengetahuan
  Salah satu bentuk sistem pengetahuan yang ada, berkembang, dan masih ada hingga saat ini, adalah bentuk penanggalan atau kalender. Bentuk kalender Jawa adalah salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik yang berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena penciptaanya yang terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-Budha, Jawa Kuno, dan bahkan sedikit budaya barat. Namun tetap dipertahankan penggunaanya hingga saat ini, walaupun penggunaanya yang cukup rumit, tetapi kalender Jawa lebih lengkap dalam menggambarkan penanggalan, karena didalamnya berpadu dua sistem penanggalan, baik penanggalan berdasarkan sistem matahari (sonar/syamsiah) dan juga penanggalan berdasarkan perputaran bulan (lunar/komariah).
Pada sistem kalender Jawa, terdapat dua siklus hari yaitu siklus 7 hari seperti yang kita kenal saat ini, dan sistem panacawara yang mengenal 5 hari pasaran. Sejarah penggunaan kalender Jawa baru ini, dimulai pada tahun 1625, dimana pada saat itu, sultan agung, raja kerajaan mataram, yang sedang berusaha menytebarkan agama islam di pulau Jawa, mengeluarkan dekrit agar wilayah kekuasaanya menggunakan sistem kalender hijriah, namun angka tahun hijriah tidak digunakan demi asas kesinambungan. Sehingga pada saat itu adalah tahun 1025 hijriah, namun tetap menggunakan tahun saka, yaitu tahun 1547.

Dalam sistem kalender Jawa juga terdapat dua versi nama-nama bulan, yaitu nama bulan dalam kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan. Nama- nama bulan dalam sistem kalender Jawa komariah (bulan) diantaranya adalah suro, sapar, mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan dulkijah. Namun, pada tahun 1855 M, karena sistem penanggalan komariah dianggap tidak cocok dijadikan patokan petani dalam menentukan masa bercocok tanam, maka Sri Paduka Mangkunegaran IV mengesahkan sistem kalender berdasarkan sistem matahari. Dalam kalender matahari pun terdapat dua belas bulan.



Post a Comment for "CONTOH PERSENTASI TENTANG UNSUR UNSUR BUDAYA JAWA"