CONTOH MAKALAH GLOBALISASI TINGKAT SMP
MAKALAH GLOBALISASI
"UPAYA MENGHADAPI GLOBALISASI UNTUK MEMPERKUKUH KEHIDUPAN BANGSA"
SMP NEGERI
ANGGOTA :
1. Dhea Yulinda S. / 10
2. Eldza Khoridatul Haniva S. / 13
3. Faisal Kurnia R. / 15
4. Mawar Sari / 19
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “UPAYA MENGHADAPI GLOBALISASI untuk MEMPERKUKUH KEHIDUPAN BANGSA” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam karya tulis ini masih jauh dari karya tulis yang sempurna karena kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif guna menyempurnakan karya-karya ke depannya. Pada akhirnya, penulis tetap berharap semoga karya tulis ini bermanfaat dan berguna bagi dunia pendidikan dan remaja.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.
2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi globalisasi ?
2. Bagaimana proses globalisasi ?
3. Apa saja bentuk globalisasi ?
4. Apa ciri-ciri globalisasi ?
5. Apa faktor terjadinya globalisasi ?
6. Apa pengaruh yang ditimbulkan globalisasi terhadap moral suatu bangsa ?
7. Apa pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan Indonesia ?
8. Bagaimana cara mencegah dampak pengaruh bahaya globalisasi tersebut ?
9. Mengapa nilai moral sangat diperlukan ?
10. Bagaimana tanggapan masyarakat akan hal tersebut ?
11. Bagaimana pengaruh terhadap kebudayaan nasional ?
3. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah
2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa.
3. untuk memenuhi nilai mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN GLOBALISASI
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
B. TEORI GLOBALISASI
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
a) Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
b) Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan.
3. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
B.Proses Globalisasi
Globalisasi pada hakikatnya merupakan gagasan dari pihak atau negara tertentu yang kemudian di tawarkan kepada pihak atau negara lain untuk diikuti dengan alasan tertentu. Proses globalisasi memerlukan waktu, sehingga merupakan suatu proses yang terus bergulir dari waktu ke waktu.
Proses globalisasi, mata rantainya terletak di Eropa, secara cepat menyebar dan berkembang ke seluruh dunia, dan sebagian besar negara-negara di dunia membuka diri untuk menerima globalisasi. Proses globalisasi tidak hanya menyentuh kehidupan budaya, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik dan komunikasi.
Fase Pertama
Globalisasi telah dimulai sejak abad ke-15, seiring dengan pertumbuhan kapitalisme dan ekspansi suatu negara ke luar negeri. Proses globalisasi juga telah di mulai sejak terjadinya penaklukan atas Asia, Afrika, dan Amerika Latin serta pendudukan bangsa kulit putih atas tanah di Amerika Utara dan Australia.
Fase Kedua
Fase kedua dari globalisasi di bangun pada era interimperial trade atau perdagangan antar kaum penjajah. Perdagangan antarnegara di Eropa, yang selanjutnya dengan Amerika merupakan serangkaian kerja sama lokal dalam satu kawasan untuk mendukung kekuatan dominan dalam kawasan tersebut. Dalam konteks ini, globalisasi telah melibatkan kompetisi dan kolaborasi antara perusahaan multinasional di suatu negara untuk merebut pasar dunia.
Fase Ketiga
Pada tahapan ketiga, globalisasi masuk kedalam fase international trade atau perdagangan internasional. Perdagangan internasional atas komoditas dan jaringan pasar global maupun regional telah memberi karakter kelas dalam globalisasi, di mana globalisasi menjadi arena bagi konflik kelas dan konflik perdagangan.
Selain 3 tahapan di atas, terdapat juga tahapan-tahapan dalam proses globalisasi, antaralain
Tahap embrional (tahun 1500-1800)
Tahap pertumbuhan (tahun 1810-1870)
Tahap take off (tahun 1870-1920)
Tahap perjuangan hagemoni (tahun 1920-1960)
Tahap ketidak pastian (tahun 1960-1990)
Tahap kebudayaan global (setelah tahun 1990)
Keenam tahap ini merupakan akibat dari revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi. Revolusi ilmu pengetahuan dengan segala perwujudannya telah mendorong meluasnya budaya global dengan ciri mobilitas tinggi dan arus informasi yang tidak terbendung. Adapun wujud dari arus budaya global adalah :
Arus ide yang di tandai dengan makin derasnya nilai baru yang masuk ke suatu negara. Dalam arus ide ini muncul isu-isu yang telah menjadi bagian dari masyarakat internasional. Isu internasional ini tidak hanya berlaku di suatu wilayah nasional.
Arus media yang ditandai dengan makin kuatnya mobilitas informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik. Berbagai peristiwa di belahan dunia seakan-akan berada di hadapan kita karena cepatnya informasi.
Arus keuangan yang di tandai dengan makin tingginya mobilitas modal, investasi dan pembelian melalui internet, serta penyimpanan uang di bank asing.
Arus teknologi yang di tandai dengan mobilitas teknologi dengan munculnya multinational corporation dan transnational corporation yang kegiatannya dapat menembus batas-batas negara.
Arus etnis yang di tandai dengan mobilitas manusia yang tinggi dalam bentuk imigran, turis, pengungsi, tenaga kerja, dan pendatang. Arus manusia ini melawan batas-batas teritorial negara.
C.Bentuk bentuk Globalisasi dalam Kehidupan
akibat arus budaya global, isu isu internasional sekarang ini banyak berpengaruh pada semua aspek kehidupan. Pengaruh globalisasi pada aspek aspek kehidupan memiliki bentuk yang berlainan. Berikut ini bentuk globalisasi dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Globalisasi Informasi.
Globalisasi informasi yang terjadi sekarang dimungkinkan oleh penggunaan media elektronik dalam mengirim dan menerima informasi. Mula mula melalui radio dan televisi, kemudian melalui jaringan internet. Ada dampak baik dan buruknya. Dampak baiknya adalah Kita bisa menerima informasi dengan cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan kita. Tetapi ada dampak buruknya juga, yaitu munculnya internet dapat diakses oleh semua kalangan, baik dewasa ataupun anak anak. Ini akan menjadi dampak buruk karena anak anak belum bisa menyaring mana yang baik dan mana yang buruk.
2. Globalisasi Ekonomi.
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan dan perdagangan, dimana negara negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegerasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan untuk menghapus seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, jasa.
3.Globalisasi Kebudayaan.
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk di antaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai nilai yang dianut oleh masyarakat. Perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal abad ke 20 dengan berkembanya teknologi komunikasi. Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan adalah sebagai berikut:
A. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
B. Penyebaran prinsip multikebudayaan, dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
C. Berkembangnya turisme dan pariwisata
D. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara.
E. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain lain.
F. Bertambahnya banyaknya event event berskala global, seperti piala dunia.
4. Globalisasi Bidang IPTEK
Fenomena globalisasi komunikasi memang sudah tidak dapat dihindari lagi oleh siapapun, kecuali dia menutup diri menjauhi interaksi dan komunikasi dengan yang lain. Hanya saja yang perlu disadari dan mendapat catatan , di samping globalisasi membawa manfaat, namun juga mendatangkan kerugian.
Oleh karena itu, harus pandai-pandai menyikapinya, Komunikasi yang semakin membludak ini membawa teknologi Informasi dan komunikasi yang berkembang pesat pula. Dari situ muncullah pengaruh atau efek dari komunikasi itu sendiri. Antara lain:
a.Munculnya berbagai sarana Teknologi Komunikasi, membuat sejumlah besar
informasi penting dapat mencapai setiap bagian dari dunia dalam waktu singkat. dalam hubungan Internasional, Globalisasi yang menjalar sedemikian cepatnya ke negara-negara lain juga akan menguatkan hubungan diplomatik antar negara
b.Hilangnya sekat antara berbagai negara, ruang dan waktu. Karena komunikan dapat berkomunikasi dengan komunikan dalam waktu yang relatif cepat pada waktu itu juga walaupun keduanya terpisah secara geografis.
c.Dari sisi ekonomi, dengan mudahnya berkomunikasi dan berinteraksi membuka pasar baru, permintaan yang tinggi untuk produk, dan persaingan juga lebih besar. Demikian juga dengan Peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) yaitu jumlah produksi barang dan jasa. Sehingga banyak ekonom menyatakan bahwa globalisasi dan internet telah menciptakan banyak keuntungan untuk usaha kecil dan menengah di seluruh dunia.
d.Globalisasi Informasi Komunikasi dan Teknologi membantu negara untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya baik dari sisi Ilmu Pengetahuan, Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya.
e.Berkembangnya mode-mode dalam dunia busana, fashion dan arsitektur.
f.Banyak bermunculan kelompok kerjasama baik bilateral, multilateral, regional maupun internasional seperti munculnya International Governmental Organization (IGO’s) seperti United Nations, OIC (Organizationof Islamic Countries), maupun gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement). Selain itu kelompok Civil Society juga tidak mau ketinggalan, mereka mendirikan (Non-Governmental Organizations) yang bergerak di banyak bidang mulai dari sosial, politik, lingkungan, gender, ekonomi, budaya dan lain-lain.
g.Manusia berkomunikasi menggunakan Komunikasi berupa media elektronik, baik itu melalui mobilephone, maupun dunia maya seperti e-mail, chatting, facebook,p muka.
h.Globalisasi dianggap sebagai proses satu arah, yaitu hubungan antara negara maju dengan negara berkembang. Sudut pandang ini membuat globalisasi dianggap terkait erat dengan dominasi dan newiomperialisme oleh negara maju. Dengan kata lain bahwa suatu kelompok masyarakat atau negara yang mempunyai kekuasaan dominan mencoba untuk mempengaruhi atau memaksa kelompok masyarakat atau negara lain agar mengikuti kemauan mereka. Negara berkembang atau negara dunia ketiga acapkali diartikan sebagai korban dominasi Barat[1]
i.Munculnya istilah “penjajahan budaya” merupakan hubungan tak seimbang dalam media dan budaya antar negara. Isu spesifik utamanya adalah aliran tak seimbang dari film, pemberitaan, program televisi, musik dari satu negara ke negara-negara lain..
j.Di sisi lain, berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi rawan yang gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan tindak pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan “cybercrime” atau kejahatan maya.
k.Kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan komputer, pornografi, terorisme digital, “perang” informasi sampah, bias informasi, hacker, cracker dan sebagainya.
l.Proses globalisasi yang sedang berjalan memicu suatu kondisi yang timpang,
baik dinegara maju maupun negara berkembang. Kemakmuran sedang digalakkan namun masih terlalu banyak negara maupun masyarakat yang tidak ikut merasakannya.
m.Terdapat banyak kesenjangan antar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial karena tidak terbagi ratanya penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
n.Munculnya kekhawatiran bahwa adanya globalisasi akan menciptakan negara-negara kaya dengan masyarakat miskin didalamnya.
5.Globalisasi Bidang Transportasi
Segala kemudahan dan kelancaran dalam menggunakan alat transportasi yang kita rasakan saat ini tidak lain halnya merupakan hasil karya dari penemuan orang orang berjasa. Banyak fakta – fakta sejarah dan fakta- fakta unik yang terjadi di dalam lingkup penemuan transportasi. Sejak awal mulanya, leluhur kita ialah sosok yang berjasa dalam penemuan alat transportasi. Yang mendasari penemuan penemuan besar setelahnya ialah penemuan roda. Roda mengubah konsep transpotasi yang ada. Bermula dari penambahan roda pada hewan-hewan yang menjadi angkutan, lalu timbulnya pemikiran mengenai pengadaan akselerasi hingga munculnya sebuah mesin. Selain penemuan pesawat terbang, penemuan mesin uap justru lebih penting. Jika tidak ada mesin temuan James Watt itu, Alat transportasi saat ini bisa jadi tidak akan seperti ini adanya. Sistem transportasi dunia mulai terjamah oleh sistem teknologi yaitu pada tahun 1765, pada saat itu mesin uap mulai diciptakan oleh James Watt yang pertama kali dikomersilkan oleh Robert Fulton pada tahun 1807. Terciptanya mesin uap mempunyai pengaruh yang besar dalam sistem transportasi dunia. Sebelum itu perjalanan darat ditempuh dengan menggunakan kuda, kuda yang diberi kereta dibelakangnya atau dengan berjalan kaki.
“In 1817 among the forests near central Germany a new kind of bike was created by Baron Karl von Drais. The bicycle was wooden with two wheels, a seat and handle bars[1].”
Pada 1885 Karl Benz yang sebelumnya telah menemukan mesin yang menggunakan bahan bakar bensin mulai mengolah kembali hasil penemuannya tersebut menjadi mobil, dan saat itulah mobil mulai dikomersilkan[2]. Salah satu penemuan terhebat dari transportasi ialah penemuan pesawat terbang. Alat transportasi ini ditemukan oleh Orville dan Wiblur Wright pada 17 Desember 1903. Dua tahun kemudian mereka mengembangkan mesin tersebut menjadi sebuah pesawat yang dapat dikendalikan langsung oleh manusia dan memiliki sayap seperti yang dapat dilihat seperti saat ini. Penemuan ini merupakan salah satu tonggak moderenisasi yang terjadi saat ini, termasuk adanya roket-roket yang melintasi luar angkasa, hingga satelit-satelit yang berguna untuk melihat kondisi permukaan bumi.
Alat - alat transportasi tersebut tidak hanya sekedar diciptakan, alat - alat tersebut juga mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya jaman pada saat ini, dikembangkan sesuai dengan selaras dengan perkembangan akan kebutuhan manusia. Contohnya seperti kereta, saat ini kereta tidak lagi menggunakan mesin uap tapi sudah menggunakan mesin yang lebih canggih bahkan sekarang kereta sudah ada yang menggunakan listrik. Mobil juga mengalami hal yang sama, saat ini bahkan sudah ada mobil yang menggunakan tenaga surya. Semua alat transportasi mengalami perkembangan dan kualitas yang dimiliki juga semakin baik.
D.CIRI CIRI GLOBALISASI
Lalu bagaimana tanda tanda atau ciri ciri globalisasi. Terjadinya globalisasi dapat dikenali dengan 4 karakter perubahan, yang dapat dikatakan sebagai ciri ciri globalisasi.
a. Ciri pertama globalisasi terjadinya pelebaran aktivitas sosial, politik, dan ekonomi di pelosok wilayah, regional dan benua.
b. Ciri kedua globalisasi adalah terjadinya intensifikasi atau peningkatan serta keterhubungan aliran perdagangan, investasi, keuangan, serta migrasi dan pertukaran budaya.
c. Ciri ketiga globalisasi adalah terjadinya percepatan interaksi dan komunikasi secara mendunia dengan terciptanya sistem transportasi maju, sehingga mempercepat pertukaran serta difusi ide, barang barang, informasi, modal dan juga masyarakat.
d. Ciri keempat globalisasi adalah terjadinya peningkatan intensitas dan kecepatan interaksi global yang mengakibatkan kejadian atau peristiwa lokal di willayah yang berjauhan dapat menjadi sesuatu yang berdampak global. Artinya masalah domestik dan masalah global menjadi semakin berhubungan (become increasingly fluid).
Berdasarkan pengertian globalisasi dan ciri ciri globalisasi diatas dapat dikatakan bahwa globalisasi itu bersifat multidimensi. Artinya, globalisasi tidak hanya berkutat pada masalah keuangan saja (ekonomi saja), globalisasi saling mempengaruhi mulai dari dimensi ekonomi, politik, sosial dan budaya.
E.FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA GLOBALISASI
Globalisasi muncul karena adanya bangsa-bangsa. Masalah Globalisasi merupakan suatu ketergantungan dalam masalah sosial, politik, ekonomi, dan budaya antarbangsa di dunia
Globalisasi terbentuk karena beberapa faktor, yaitu :
1.Kebijakan negara untuk berhubungan dan menjalin kerja sama dengan negara lain.
2. Sistem ekonomi internasional
3. Adanya migrasi penduduk ke berbagai negara
4. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
5. Berkembang pesatnya perusahaan-perusahaan transnasional
PENYEBAB MENINGKATNYA GLOBALISASI ADA TIGA FAKTOR, YAITU:
a.Adanya Perubahan Politik Dunia
Menurut Anthony Giddens, ada sejumlah pengaruh politik yang memengaruhi meningkatnya globalisasi. Yaitu:
1) Bubarnya Uni Soviet tahun 1991 dan Jatuhnya Komunisme Model Soviet.Sejak bubarnya Uni Soviet, negara-negara bekas blok Soviet seperti Rusia, Polandia, Republik Ceko, dan lain-lain bergerak mengikuti sistem politik dan ekonomi Barat.
2) Munculnya Mekanisme Pemerintahan Internasional dan Regional
Mekanisme pemerintah internasional dan regional misalnya PBB dan Uni Eropa.
3) Munculnya Organisasi Antarpemerintah (Intergovernmental Organizations/IGOs) dan Organisasi Non-pemerintah Internasional (Internasional Non-Governmental Organizations/INGOs)
Organisasi-organisasi internasional ini mendorong terjadinya komunikasi dan interaksi antarpemerintah atau masyarakat antarnegara.Hal ini juga mendorong meningkatnya globalisasi:
b.Adanya Aliran Informasi yang cepat dan luas
Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi mendorong tiap-tiap individu bisa berhubungan dengan cepat. Selain itu, kemajuan di bidang teknologi juga menbuat individu dapat mengakses informasi dengan cepat, baik informasi dari dalam negeri maupun luar negeri
c.Berkembang Pesatnya Perusahaan-Perusahaan Transnasional.
Perusahaan transnasional atau transnational corporations (TNCs) adalah perusahaan yang memproduksi barang atau jasa di lebih dari satu negara.
F.pengaruh globalisasi terhadap moral suatu bangsa
1.pengertian moral
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit.
Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
2.pengaruh globalisasi terhadap moral suatu bangsa
Arus modernisasi dan globalisasi itu mempunyai banyak nilai positif dan negatifnya . Segi positifnya, informasi yang didapat menjadi lebih cepat dan akurat daripada masa-masa sebelumnya yang kebanyakan masih menggunakan cara-cara manual. Selain itu, semua orang juga merasa senang apabila ikut serta terhadap perkembangan zaman. Mereka tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Malah orang yang tidak mengikuti era globalisasi ini seringkali diejek oleh teman sejawatnya.
Sisi negatif dari arus modernisasi dan globalisasi pun juga tak kalah sedikitnya, fasilitas-fasilitas yang ada di era globalisasi ini sebagian besar disalahgunakan oleh para penggunanya. Contoh, internet sekarang ini sering dijadikan arena untuk mencari situs-situs porno, handphone digunakan untuk menyimpan data-data yang tidak mendidik moral seseorang, dan lain-lain.
Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah para penikmat ’aksesoris-aksesoris’ era modernisasi ini kebanyakan melakukan hal-hal yang sebagaimana diungkapkan di atas. Yang membuat hati semua masyarakat Indonesia miris lagi, objeknya adalah para remaja, sang penerus bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Para remaja bukannya ’disibukkan’ untuk menuntut ilmu dalam meneruskan pembangunan bangsa ke depan, melainkan disibukkan dengan menikmati ’hiburan-hiburan’ yang tersaji pada era globalisasi sekarang ini, seperti handphone, televisi, dan lain-lain. Bahkan, ’hiburan-hiburan’ yang bersifat negatif pun mereka terima dan nikmati. Mereka tidak sadar bahwa hal itu akan memorak-porandakan negara ini dalam waktu beberapa saat lagi.
Bagi para produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar bisnis yang sangat potensial karena pola konsumsi seseorang itu terbentuk pada saat usia remaja. Di samping itu, remaja juga sangat mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan sesuatu yang dimilikinya, misalnya uang atau harta benda.
Sifat-sifat di atas itulah yang dimanfaatkan oleh para produsen untuk memasuki ‘pasar remaja’. Jadi sering sekali kita lihat di televisi-televisi bahwa intensitas acara remaja itu lebih banyak daripada acara kalangan usia lain.
Salah satu karakter yang khas di kalangan remaja adalah identifikasi (peniruan dan penyeragaman) dalam suatu kelompok. Untuk itu, mereka biasanya membutuhkan panutan untuk dijadikan contoh. Saat ini, kita harus mengakui bahwa remaja masa kini miskin figur panutan yang bisa dijadikan contoh. Betapa tidak, di satu sisi mereka sangat membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan panutan, sedangkan di sisi lain mereka disuguhi panutan-panutan yang berlaku negatif yang sering tampil di layar-layar televisi, misalnya pemain sinetron yang sering memerankan adegan berpacaran, berpegangan tangan antar lawan jenis, dan lain-lain.
Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap perilaku seseorang telah dibuktikan lewat penelitian ilmiah. Seperti diungkapkan oleh American Psychological Association (APA) pada tahun 1995 bahwa tayangan yang bermutu akan memengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Sedangkan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Bahkan, penelitian itu menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media semenjak usia anak-anak.
Sebuah penelitian tentang pergaulan remaja di kabupaten Bandung memberikan informasi kepada kita bahwa sekitar 40 % remajanya sudah pernah berciuman dengan pasangannya. Sedangkan 60 % remaja Bandung pernah bersentuhan dengan teman lawan jenisnya. Dalam hal ini seperti berpegangan tangan, dan lain-lain. Kemudian sekitar 25 % dari data itu sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Hasil penelitian tersebut menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita semua, mengingat kabupaten Bandung belumlah menjadi daerah yang modern seperti halnya kota Bandung.
Untuk menanggulangi permasalahan di atas diharapkan peran aktif pihak keluarga terutama para orang tua dalam mendidik anak-anaknya agar anak-anaknya tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang negatif. Orang tua hendaklah memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. Sesungguhnya nilai moral dan budi pekerti yang merupakan fondasi utama perilaku baik dapat dimiliki oleh setiap orang dari keteladanan orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang diidolakannya.
Pemahaman dan pengamalan ajaran agama semenjak dini pun diyakini dapat menanggulangi permasalahan di atas. Pengetahuan agama akan membentengi seseorang dari perilaku amoral, kriminal, dan budaya-budaya asing yang negatif.
G.pengaruh globalisai terhadap kebudayaan bangsa
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang berupa perilaku maupun benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, organisasi social, kesenian dan lain sebagainya yang berfungsi untuk menunjang kehidupan bermasyrakatnya. Kebudayaan dari barat saat ini sudah mendominasi segala aspek kehidupan pada masyarakat Indonesia. Peradaban yang disebarkan oleh barat telah mengacu terhadap segala hal, dan hal itu telah menguasai dunia tak terkecuali bangsa Indonesia, peradaban bangsa kita saat ini secara perlahan mulai mengikuti kebudayaan bangsa barat.
Kebudayaan barat masuk ke Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kerana adanya krisis globalisasi yang telah meracuni sebagian besar masyarakat Indonesia. Pengaruh kebudayaan barat berjalan sangat cepat dan menyeluruh. Tentunya hal itu akan menimbulkan pengaruh yang sangat luas pada sistem sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Pengaruh yang berjalan begitu cepat tersebut menimbulkan terjadinya goncangan social atau culture shock yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidak seimbangan di dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Budaya barat yang masuk ke Indonesia menimbulkan multi efek. Perkembangan teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah menghancurkan kebudayaan bangsa Indonesia. Rendahnya pengetahuan menyebabkan akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam kebudayaan bangsa Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah atau apa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli. Ciri-ciri terjadinya globalisasi terhadap kebudayaan, yaitu:
a.Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional
b.Penyebaran prinsip multi kebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya
c.Berkembangnya turisme dan pariwisata
d.Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain
e.Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain
f.Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
Sehingga, proses persebaran budaya semakin cepat
g. Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
h.Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa
Dan budaya asli Indonesia secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang menghantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal yang tradisional, hal ini memicu orang bersifat antara lain sebagai berikut :
1.Individualisme : Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang
lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa
mereka adalah makhluk social.
2.Matrialistisme : Paham dimana masyarakat memandang segalanya
dari segi materi. Orang yang memiliki jabatan dan harta
yang melimpah pasti akan lebih dihargai oeleh masyarakat
sekitarnya, walaupun orang tersebut tidak memiliki
intelektual yang bagus. Sebaliknya, orang yang memiliki
intelektual tinggi tetapi tidak memiliki harta dan jabatan
maka orang tersebut akan selalu direndahkan.
3.Konsumeris : Paham yang menjadikan seseorang atau kelompok
melakukan proses konsumsi atau pemakaian barang -
barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak
sepantasnya secara berkelanjutan.
4.Hedonisme : Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) adalah
kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup
dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis
memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan.
Kemudian menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu
dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang
didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya
mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak
menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik.
Orang-orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya,
menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai
tujuan hidupnya. Orang-orang lebih senang menghabiskan
waktu di tempat-tempat perbelanjaan dan tempat hiburan.
Dampak Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia
Pengaruh globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia juga mempunyai dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Adapun dampak pengaruh globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia yaitu :
Dampak Positif globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia
1.Mempermudah proses pembuatan alat musik tradisional. Kebanyakan masyarakat Indonesia membuat membuat alat musik tradisional secara manual dan memeperlukan banyak waktu dan banyak tenaga untuk membuatnya. Tetapi sekarang, masyarakat Indonesia tidak perlu membuat alat musik tradisional secara manual karena dengan adanya globalisasi kebudayaan masyarakat Indonesia dengan mudah membuat alat musik tradisional menggunakan mesin – mesin dengan teknologi canggih yang lebih menghemat tenaga dan waktu pembuatan, dan dapat menghasilkan banyak alat musik dengan kualitas terjamin.
2.Budaya Indonesia lebih dikenal di mancan negara karena dengan adanya media elektronik, dan Internet.
3.Adanya pertukaran pelajar, sehingga kebudayaan Indonesia dapat dikenal dan dipelajari oleh pelajar luar negeri.
Dampak negatif globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia
1.Gaya hidup kebarat-baratan. Tidak semua budaya barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat pada orang tua, kehidupan bebas remaja dan lain-lain. Hampir 50% dari remaja dunia terutama kaum perempuan, sudah kehilangan mahkota paling berharga miliknya. Dan 80% sudah berani mencoba dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkotika).
2.Semakin sedikit generasi muda yang melestarikan musik, tarian, dan budaya tradisional kita.
3.Remaja mengikuti cara berpakaian yang cenderung tidak memperlihatkan kesopanan. Pada masa lalu, cara berpakaian dan model baju masih sangat sederhana. Tidak se-unik dan se-modern pakaian remaja saat ini. Pada masa lalu, jika menghadiri acara resmi, masih banyak dari mereka yang menggunakan baju tradisional, seperti baju adat, dan kebaya. Berbeda dengan sekarang, remaja yang ingin menghadiri acara resmi seperti pesta ulang tahun, lebih memilih untuk mengenakan baju kasual yang berciri-khaskan kebarat-baratan.
4.Lebih senang dan tertarik mempelajari kebudayaan luar negeri dibanding kebudayaan dalam negeri. Seperti : remaja jaman sekarang lebih senang dan tertarik mempelajari tradisi – tradisi yang di lakukan oleh orang luar negeri, mempelajari gaya bahasanya, musiknya, lebih senang mengenakan dan mengenal pakaian – pakaian adat negara lain, dll.
5.Lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal.
6.Budaya - budaya tradisional tergeser oleh budaya negara lain.
7.Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD atau DVD.
8.Erosi nilai-nilai budaya.
9.Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
10.Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat.
Upaya – upaya Mengatasi Dampak Globalisasi bagi Kebudayaan
Indonesia
Untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan karena adanya peradaban global dapat kita lakukan hal-hal seperti berikut :
1. Memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan budaya nasional. Memperkokoh ketahanan nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi adopsi budaya asing yang produktif dan bernilai positif.
2. Melestarikan adat istiadat dan budaya daerah. Dampak negatif globalisasi membuat budaya luar dapat dengan mudah kita ketahui. Pengetahuan akan budaya luar terkadang membuat masyarakat lebih menyukainya daripada budaya daerah sendiri. Walaupun zaman kini telah serba modern, kita harus tetap berpegang teguh kepada adat istiadat.
3. Adanya seleksi bagi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Budaya asing yang masuk ke Indonesia harus dipilih sesuai dengan adat istiadat dan norma – norma yang berlaku di Indonesia.
4. Mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya Indonesia.
5. Memelihara dan mengembangkan budaya nasional sebagai jati diri bangsa dengan cara mengirimkan misi kebudayaan dan kesenian dari suatu daerah keluar negeri. Selain itu, dapat dilakukan dengan menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan kebudayaan nasional melalui berbagai media, mengadakan seminar membahas kebudayaan daerah sebagai budaya nasional, serta pelestarian dan pewarisan dan pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.
6. Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan rasa cinta terhadap kebudayaan dalam negeri.
7. Mengenalkan dan mengajarkan adat istiadat dan kebudayaan Indonesia sejak dini
H.cara menghadapi pengaruh negatif globalisasi
1.ciri dampak negatif globalisai
Berikut ini beberapa ciri dampak negatif globalisasi yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Dampak Negatif Globalisasi yang Mengkhawatirkan
Dan berikut ini adalah dampak negatif globalisasi yang sebenarnya terjadi di dunia maupun di negara kita indonesia, perlu diketahui bahwa dampak negatifnya semakin terasa untuk waktu sekarang-sekarang ini.
Dampak negatif globalisasi antara lain:
Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme) sehingga kegiatan gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan.
Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap mementingkan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi karena hubungan sosial dijalin berdasarkan kesamaan kekayaan, kedudukan social atau jabatan. Akibat sikap materialisme, kesenjangan sosial antara golongan kaya dan miskin semakin lebar.
Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan mengabaikan nilai-nilai agama.
Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.
Tersebarnya nilai-nilai budaya yang melanggar nilai-nilai kesopanan dan budaya bangsa melalui media massa seperti tayangan-tayangan film yang mengandung unsur pornografi yang disiarkan televisi asing yang dapat ditangkap melalui antena parabola atau situs-situs pornografi di internet.
Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, yang dibawa para wisatawan asing. Misalnya, perilaku seks bebas
b.cara menghadapi dampak negatif globalisasi
1. Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia
• Dampak negatif globalisasi merupakan sebuah realita yang mau tak mau harus dihadapi bila Bangsa Indonesia ingin tetap hidup sebagai bangsa yang berdaulat di dunia.
• Cara untuk menghadapi dampak negatif globalisasi yaitu dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang optimal, bangsa Indonesia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dapat bersaing di kancah dunia Internasional.
2. Meningkatkan Kualitas Nilai Keimanan dan Moralitaas Masyarakat
• Dampak negatif globalisasi membuat budaya antar bangsa saling mempengaruhi. Karenanya keberadaan nilai-nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting. Sebab nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting. Sebab nilai-nilai keimanan dan moralitas itulah yang mampu mengatasi dampak negatif dari globalisasi.
• Sebagai kaum Muslim, kita hendaknya menanamkan nilai-nilai Islam di kehidupan sehari-hari. Kita hendaknya menjalankan syariat Islam. Mengetahui mana yang halal dan haram. Sehingga kita dapat memilah-milah pengaruh dari luar.
• Moralitas bangsa juga harus ditingkatkan. Di dalam dampak negatif globalisasi ini, moralitas bangsa cenderung menurun kualitasnya. Ini tidak lepas dari tanggung jawab orang tua, guru, dan pemerintah. Salah satu solusinya adalah melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
3. Mendorong dan Mendukung Upaya Memperjuangkan Keadilan Antar Bangsa
• Salah satu dampak negatif globalisasi adalah saling berkaitannya antara satu negara dengan negara lainnya. Baik dalam bentuk kerjasama ataupun persaingan global.
• Pemerintah Indonesia harus berupaya sekuat tenaga untuk memperjuangkan keadilan dan keseimbangan antarbangsa. Upaya pemerintah tersebut harus selalu didorong dan didukung oleh setiap warga negaranya.
• Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merupakan 1 diantara 2 negara yang memberikan permohonan agar Israel menghentikan serangan ke Jalur Gaza. Ini membuktikan kepedulian bangsa kita terhadap perdamaian dan peradilan antarbangsa. Maka sebagai warga negara, hendaknya kita mendukung upaya pemerintah.
4. Mendorong dan Mendukung Negara Maju untuk Memberikan Dana Perbaikan Lingkungan
• Negara maju sangat diuntungkan dengan adanya globalisasi, sebab negara maju banyak yang memiliki perusahaan transnasional. Perusahaan tersebut biasanya berdiri di berbagai negara terutama di negara berkembang, termasuk di Indonesia.
• Aktifitas perusahaan tersebut membuat lingkungan hidup menjadi rusak oleh pencemaran limbah atau asap pabriknya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah negara-negara maju menyisihkan uang guna mendanai upaya-upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan hidup.
• Tindakan ini sangat pantas diambil oleh Indonesia, karna buktinya banyak sekali hutan yang dijadikan perindustrian. Lahan hijau pun semakin sulit ditemukan di saerah perindustrian. Untuk memulihkan keadaan, Indonesia butuh dana dari perusahaan asing tersebut.
5. Meningkatkan Jiwa Semangat Persatuan, Kesatuan, Serta Nasionalisme
• Adanya dampak negatif globalisasi menjadi suatu tantangan yang berat bagi negara berkembang yang belum maju dan kuat. Negara yang masyarakatnya tidak mempunyai jiwa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme yang kuat akan dengan mudah dipermainkan oleh negara-negara maju. Oleh karna itu, semangat dan jiwa persatuan, kesatuan dan nasionalisme harus terus ditingkatkan oleh seluruh rakyat Indonesia.
• Bila jiwa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme telah tertanam dengan kuat pada setiap warga negara Indonesia tidak akan mudah dipermainkan oleh negara-negara yang kuat dan maju.
6. Melestarikan Adat Istiadad dan Budaya Daerah
• Dampak negatif globalisasi juga membuat budaya luar dapat dengan mudah kita ketahui. Pengetahuan akan budaya luar terkadang membuat masyarakat lebih menyukainya daripada budaya daerah sendiri.
• Menyukai kebudayaan luar adalah hal yang wajar. Namun kita harus tetap melestarikan kebudayaan kita sendiri. Jangan sampai kebudayaan kita punah begitu saja seiring dengan waktu. Apalagi kebudayaan itu seenaknya saja diambil oleh bangsa lain. Betapa malunya kita?
• Walaupun zaman kini telah serba modern, kita harus tetap berpegang teguh kepada adat istiadat. Apalagi kita sebagai masyarakat Minangkabau, dimana “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai”.
7. Menjaga Keasrian Objek Wisata Dalam negeri
• Salah satu ciri-ciri dampak negatif globalisasi adalah perjalanan dan perlancongan antarbangsa yang semakin meningkat. Indonesia sebagai begara yang kaya akan objek-objek wisata yang indah hendaknya memanfaatkannya dengan seoptimal mungkin. Salah satu usaha adalah menjaga keasrian objek wisata tersebut.
• Sebenarnya selain Bali, banyak lagi pulau-pulau di Indonesia yang memiliki tempat yang sangat indah untuk dikunjungi. Namun banyak lokasi yang tidak terjaga keasriannya sehingga tidak menarik untuk dikunjungi. Maka seharusnya masyarakat selalu menjaga keasrian objek wisata di daerah masing-masing misal wisata garut dan taman matahari di bogor.
• Cara-cara menjaga keasrian objek wisata dalam negeri seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-mencoret tembok, melakukan penghijauan disekitar pegunungan, tidak membuang sampah ke sungai yang nantinya bermuara ke laut, melestarikan terumbu karang, dan sebagainya.
Demikianlah artikel tentang dampak negatif globalisasi dan cara mengatasinya seperti diatas tadi. Semoga dengan adanya artikel ini, bagi anda bisa menambah referensi dan wawasan pengetahuan umum agar upaya kita mengatasi dampak negatif globalisasi semakin baik dan menunjukan hasil yang terbaik buat warga di dunia.
I.pentingnya pendidikan moral di era globalisasi
Tantangan Pendidikan Moral Di Era Globalisasi
Latar Belakang
Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi.
Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan criteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial. Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti.
Dengan semangat yang tak pernah padam ini para saintis telah memberikan kontribusi yang besar kepada keseejahteraan umat manusia di samping kepada sains itu sendiri. Hal ini sesuai dengan identifikasi para saintis sebagai pecinta kebenaran dan pencarian untuk kebaikan seluruh umat manusia. Akan tetapi, sekali lagi, dengan perbedaan perspektif terhadap nilai-nilai etika dan moralitas agama, jargon saintis sebagai pencari kebenaran tampaknya perlu dipertanyakan.
Arti Pendidikan Moral
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sedangkan moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat setempat.
Perkembangan Era Globalisasi
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
Dampak positif globalisasi antara lain:
• Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
• Mudah melakukan komunikasi
• Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
• Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
• Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
• Mudah memenuhi kebutuhan
Sedangkan dampak negatif globalisasi antara lain:
• Informasi yang tidak tersaring
• Perilaku konsumtif
• Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
• Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
• Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
Pendidikan Moral Menurut Pandangan Islam
Ada istilah yang senantiasa disejajarkan ketika seseorang membicarakan tentang etika sosial manusia. Di antara istilah-sitilah itu adalah moral, etika, dan akhlak. Rachmat Djatnika (1996:26) dalam bukunya yang berjudul Sistem Ethika Islami mengatakan bahwa sinonim dari akhlak adalah etika dan moral.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pengertian dari moral dipakai untuk menunjuk kepada suatu tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan ide-ide umum yang berlaku dalam suatu komunitas atau lingkungan tertentu.
Sementara itu dikatakan oleh Karl Barth, kata “etika” yang berasal dari kata “ethos” adalah sebanding dengan kata “moral” dari kata “mos”. Kedua-duanya merupakan filsafat tentang adat kebiasaan. Di sini Karl Barth secara tegas memberikan penjajaran yang sama antara kata etika dan moral.
Terkait dengan moralitas atau akhlak manusia ini, al-Ghazali membuat pembedaan dengan menempatkan manusia pada empat tingkatan. Pertama, terdiri dari orang-orang yang lengah, yang tidak dapat membedakan kebenaran dengan yang palsu, atau antara yang baik dengan yang buruk. Nafsu jasmani kelompok ini bertambah kuat, karena tidak memperturutkannya. Kedua, terdiri dari orang yang tahu betul tentang keburukan dari tingkah laku yang buruk, tetapi tidak menjauhkan diri dari perbuatan itu. Mereka tidak dapat meninggalkan perbuatan itu disebabkan adanya kenikmatan yang dirasakan dari perbuatana itu. Ketiga, orang-orang yang merasa bahwa perbuatan buruk yang dilakukannya adalah sebagai perbuatan yang benar dan baik. Pembenaran yang demikian dapat berasal dari adanya kesepakatan kolektif yang berupa adat kebiasaan suatu masyarakat. Dengan demikian orang-orang ini melakukan perbuatan tercelanya dengan leluasa dan tanpa merasa berdosa. Keempat, orang-orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan buruk atas dasar keyakinannya (Abul Quasem, 1988:92).
Dalam rangka tujuan membangun akhlak yang baik dalam diri manusia, al-Ghazali menyarankan agar latihan moral ini dimulai sejak usia dini. Pribahasa Arab mengatakan bahwa pembelajaran sejak kecil seperti mengguratkan tulisan di atas batu. Orang tua menurutnya bertanggung jawab atas diri anak-anaknya. Bahkan ia mengatakan agar seorang anak diasuh dan disusukan oleh seorang perempuan yang saleh. Makanan berupa susu yang berasal dari sumber yang tidak halal akan mengarahkan tabiat anak ke arah yang buruk. Setelah memasuki usia cerdas (tamyiz), seorang anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan dalam Islam. Seperti disebutkan di atas, proses ini dapat dilakukan melalui pembiasaan dan melalui proses logis atas setiap perbuatan , baik yang menyangkut perbuatan baik atau buruk. Melakukan identifikasi secara rasional atas setiap akibat dari perbuatan baik dan buruk bagi kehidupan diri dan sosialnya.
Ketika pikirana logis itu menyertai perbuatan seseorang, insya Allah setiap orang akan berpikir lebih dahulu dalam melakukan perbuatannya. Apakah perbuatan itu berimplikasi buruk, baik yang berupa munculnya prasangka buruk terhadap dirinya, atau secara langsung berakibat buruk terhadap orang lain. Dengan kata lain terdapat kontrol yang terus menerus dari diri seseorang ketika akan melakukan suatu perbuatan tertentu. Seseorang akan memiliki kesadaran sejati dan pertimbangan yang matang terhadap implikasi-implikasi dari setiap perbuatannya.
Pola Pikir Tantangan Pendidikan Agama Islam Dalam Era Global
Suatu tantangan yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah pola hidup modern di era global yang cenderung bersifat mendunia dan individual. Oleh karena itu semua aspek kehidupan tidak bisa dipastikan cocok dengan kehidupan itu sendiri, sementara dunia penddikan Islam berusaha membahagiakan kehidupan di dunia dan di akhirat kelak dengan mengutamakan kebersamaan, kerukunan dan keperdulian.
Kegagalan dalam menjalankan pendidikan berarti kegagalan dalam membina generasinya. Pendidikan yang ideal adalah memberikan harapan masa depan yang bermutu dan berkualitas, baik secara jasmani ataupun rohani. Material dan sepiritual. Pendidikan agama (Islam) selalu berusaha menciptakan insan yang madani lagi Islami, bahagia di dunia dan di akhirat. Sementara kapasitas (alokasi waktu) yang tersedia pada sekolah-sekolah umum sangat kecil sekali, yakni hanya dua jam dalam satu minggu.
Keterbatasan alokasi waktu pendidikan agama (Islam) tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengkondisikan sekularisme di kalangan generasi muda. Penyebabnya ialah fokus dan perhatian anak didik tidak lagi membutuhkan agama, akan tetapi lebih mementingkan kepada kebutuhan materi atau keilmuan dan teknologi yang serba canggih dan mutakhir.
Dalam sejarah hidup manusia, pendidikan tidak pernah berhenti dalam membentuk kualitas pribadi seseorang. Upaya peningkatan kualitas pribadi tersebut merupakan dasar/prinsip yang harus dikembangkan dalam menghadapi era global. Karena pendidikan merupakan proses komprehensip, meliputi seluruh aspek kehidupan dalam rangka mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang survive pada zamannya.
Melalui pendidikan, baik sifatnya pendidikan umum ataupun agama, diharapkan dapat tertata basis nilai, pemikiran dan moralitas bangsa agar mampu menghasilkan generasi yang tangguh dalam keimanan, kokoh dalam keperibadian, kaya dalam intelektual dan unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Persoalan yang muncul dalam era global ini adalah : pada satu sisi lembaga-lembaga pendidikan (sekolah atau luar sekolah) lebih mengutamakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), dan pada sisi lain lebih mengutamakan pada segi Ilmu Iman dan Taqwa (Imtaq), sehingga telah terjadi dikhotomi dimana satu sisi masyarakat peserta didik lebih menguasai ilmu pengetahuan umum akan tetapi lemah dalam segi ilmu agama. Sebaliknya ilmu agama sangat menguasai namun ilmu umum sangat lemah.
Kondisi dikhotomi system pendidikan itu sangat menghawatirkan dan berakibat terbentuknya generasi superior, yakni menciptakan produk yang pribadi dan moral yang kurang, bahkan tidak Islami karena terhegemoni oleh Iptek. Sementara generasi lainnya ‘alim dan mempunyai integritas moral yang baik akan tetapi miskin dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Fenomena tersebut telah mengejala dalam dunia modern sekarang ini, dan sekaligus menjadi tantangan bagi dunia pendidikan Agama Islam khususnya. Oleh karenanya perlu disikapi bersama secara terpadu. Artinya tidak hanya merupakan tanggung jawab para pemuka dan pendidikan agama Islam saja, melainkan menjadi tanggungjawab bersama masyarakat umumnya dan orang tua pada khususnya.
Pola pendidikan dalam era global tergambar dalam sebuah diagram pola pikir tantangan pendidikan dalam era globalisasi di bawah ini.
Untitled1
Pada diagram di atas, tergambar bahwa pendidikan terbagi dalam dua hal, yakni Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama. Pendidikan Umum dimotori oleh akal dan rasio dan banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang telah mengubah pola (nilai) kehidupan. Tujuan pendidikan nasional sebenarnya adalah untuk menciptakan manusia bermutu dan berkualitas. Begitu juga tentang Pendidikan Agama (Islam) yang dimotori oleh akal, wahyu dan rasio adalah juga telah memberikan kontribusi besar dalam pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga tercipta ‘Muslim Sejati’.
“Ipoleksosbudhankam dan Agama” adalah merupakan faktor pendukung sekaligus juga sebagai faktor penghambat. Oleh karenanya semakin baik perkembangan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan serta keberagamaan suatu bangsa, maka semakin teruji keberhasilan proseas pendidikan. Sebaliknya, semakin banyak gangguan dari aspek kehidupan tersebut, maka semakin sulit pendidikan untuk menjalankan tujuan, visi dan missinya dalam membantuk sumber daya manusia disekitarnya.
Tantangan pendidikan agama Islam dalam era global meliputi semua aspek kehidupan nasional, yaitu kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan agama itu sendiri. Kelemahan yang dirasakan dalam proses pendidikan ini adalah terletak pada pembinaan Sumber Daya Manusia, penyediaan dana pendidikan dan sistem pendidikan itu sendiri. Pada SDM yang memiliki potensi dan profesionalisasi yang tinggi akan melahirkan kebijakan pendidikan yang baik, usaha dana dan sistem pendidikan yang ideal, sehingga mampu mengimplementasi konsep dengan baik dan benar.
Pentingnya Menumbuhkan Pendidikan Moral Di Era Globalisasi
Globalisasi memiliki sisi positif dan negatif terhadap pendidikan moral. Disatu sisi, arus globalisasi merupakan harapan yang akan memberikan berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain, era globalisasi juga memberikan dampak yang sangat merugikan. Dengan perkembangan sektor teknologi dan informasi, manusia tidak lagi harus menunggu waktu, untuk bisa mengakses berbagai informasi dari seluruh belahan dunia, bahkan yang paling pelosok sekalipun. Kondisi ini menjadikan tidak adanya sekat serta batas yang mampu untuk menghalangi proses transformasi kebudayaan. John Neisbitt, menyebutkan kondisi seperti ini sebagai “gaya hidup global”, yang ditandai dengan berbaurnya budaya antar bangsa, seperti terbangunnya tatacara hidup yang hampir sama, kegemaran yang sama, serta kecenderungan yang sama pula, baik dalam hal makanan, pakaian, hiburan dan setiap aspek kehidupan manusia lainnya. Kenyataan semacam ini, akan membawa implikasi pada hilangnya kepribadian asli, serta terpoles oleh budaya yang cenderung lebih berkuasa. Dalam konteks ini, kebudayaan barat yang telah melangkah jauh dalam bidang industri serta teknologi informasi, menjadi satu-satunya pilihan, sebagai standar modernisasi, yang akan diikuti dan dijadikan kiblat oleh setiap individu. Globalisasi menyebabkan perubahan sosial yang memunculkan nilai-nilai yang bersifat pragmatis, materialistis dan individualistik.
Tidak terkecuali, bagi masyarakat Indonesia yang telah memiliki budaya lokal, terpaksa harus menjadikan budaya barat sebagai ukuran gaya hidupnya, untuk bisa disebut sebagai masyarakat modern. Disamping itu, sebagai bangsa yang berpenduduk mayoritas muslim, yang telah memiliki acuan suci, yakni Al-Qurán dan tauladan Nabi Muhammad SAW, masyarakat Indonesia juga telah menggantikan budaya Islam yang telah mampu mengangkat martabat serta derajat masyarakat jahiliyah Arab dengan budaya barat, yang merupakan produk revolusi industri, yang telah menjatuhkan martabat manusia. Dengan kebebasan individu dalam faham barat, telah menjadikan masyarakat muslim melepaskan kontrolnya dari kepercayaan moralitas serta spiritualitas (agama).
Berbagai perilaku destruktif, seperti alkoholisme, seks bebas, aborsi sebagai penyakit sosial yang harus diperangi secara bersama-sama. Sehingga kenyataan ini menjadikan banyak orang yang tidak lagi mempercayai kemampuan pemerintah, untuk menurunkan angka kriminalitas serta berbagai penyakit sosial lainnya.
Dari gambaran diatas, terlepas dari mana yang paling signifikan, namun kenyatan tersebut, telah menjadikan pendidikan moral serta agama sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi penyakit serta krisis sosial yang ada ditengah masyarakat.
Dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia, runtuhnya nilai moralitas serta norma agama dikalangan masyarakat dan para pemimpin bangsa, sebenarnya sangat pantas untuk kita kemukakan kepermukaan, dalam upaya menemukan solusi bagi penyelesaian krisis multidimensional yang ada. Karena ketidak mampuan bangsa ini bangkit dari keterpurukan, lebih diakibatkan oleh kurangnya kebersamaan serta rasa saling menang dan meraih keuntungan sendiri, diantara setiap elemen bangsa. Kesadaran dari masing-masing individu serta kelompok akan kemaslahatan bersama-lah, yang akan menjadi solusi paling tepat bagi upaya penyembuhan penyakit sosial yang ada. Dengan demikian, pendidikan moral dan agama, menjadi sangat mutlak bagi terbangunnya tata kehidupan masyarakat yang damai, adil makmur dan bermartabat. Terlebih lagi, dalam konteks kehidupan global yang semakin transparan dan penuh kompetisi, nilai agama dan moralitas merupakan benteng agar setiap individu tidak terjerumus dalam prakti kesewenag-wenangan dan ketidak adilan.
Moralitas al Qurán serta Tauladan Muhammad
Dalam Islam, moralitas atau sisitem perilaku, terwujud melalui proses aplikasi sistem nilai/norma yang bersumber dari al Qurán dan sunnah Nabi. Berbeda dengan etika atau moral yang terbentuk dari sistem nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam masyarakat, yang dapat berubah menurut kesepakatan serta persetujuan dari masyarakatnya, pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Sistem etika ini sama sekali bebas dari nilai, serta lepas dari hubungan vertikal dengan kebenaran hakiki.
Dalam surat Ali Imran, ayat 190-191 disebutkan,“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab (yaitu) orang-orang yang berdzikir pada Allah ditengah ia berdiri, duduk dan berbaring, serta bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi. (kemudian ia berkata), Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia….”. Dalam ayat ini, setidaknya dapat diambil tiga titik penting, yakni ulul albab (sisi kemanusiaan), Dzikrullah (sisi ke-Tuhanan), serta Tafakur (sisi kealaman).
Perenungan terhadap Tuhan, merupakan landasan bagi kebijaksanaan yang akan lahir dari setiap kerja dan aktifitas manusia. Dengan pelaksanaan perenungan terhadap Tuhan secara kontinyu, akan membawanya pada kesadaran ilahiyah. Sedangkan tafakur (kerja berfikir) manusia merupakan kerja universal dan integral. Dalam hal ini, berfikir bukan saja terhadap langit dan bumi, akan tetapi juga terhadap segala sesuatu yang ada didalamnya, termasuk berbagai fenomena dan arus sejarah kehidupan yang dialami oleh umat manusia, dari waktu kewaktu. Formulasi dari hasil berfikir terhadap alam inilah yang selanjutnya dirumuskan sains dan teknologi, sebagai salah satu bentuk dari produk budaya manusia.
Disinilah letak keberhasilan manusia untuk menjadi hamba yang bergelar ulil albab. Seorang ulil albab akan menjalani hidup serta kehidupannya dengan dua landasan, yakni landasan dzikir dan landasan pikir. Landasan dzikir menekankan pada rasa tanggungjawabnya didalam memanfaatkan alam semesta, semata-mata hanya demi kemaslahatan umat, sedangkan landasan pikir akan membawanya untuk senantiasa melakukan kerja perekayasaan terhadap alam semesta, dengan menghasilkan berbagai temuan sain yang aplikatif (teknologi).
Hubungan diantara kedua landasan tersebut, dalam kaitannya dengan alam semesta, tercermin dalam sikap dan tingkah laku (moral), disaat manusia melaksanakan fungsinya sebagai khalifatullah. Moral merupakan sikap manusia yang dimanifestasikan kedalam perbuatannya. Oleh karena itu, antara sikap dan perbuatan harus menyatu, dan tidak boleh saling kontradiktif, atau dalam bahasa yang lebih populer adalah “menyatunya kata dan perbuatan”.
Disamping itu, Nabi Muhammad, sebagai al matsalul kamil (contoh yang sejati dan sempurna), juga telah memberikan tauladan terhadap umatnya untuk berlaku menurut nilai-nilai moralitas yang luhur. Bahkan, salah satu fungsi diutusnya Muhammad adalah untuk menyempurnakan moral masyarakat. Sehingga pribadi Muhammad merupakan contoh moralitas yang sangat luhur, bagi pembentukan tatanan sosial masyarakat yang bermartabat.
Oleh karena itu, moral bukan saja bersifat personal, seperti jujur, adil dan bertanggungjawab, akan tetapi juga berdimensi publik, yakni terciptanya etika kolektif, serta kehidupan sosial yang santun. Dengan etika kolektif inilah, akan terbangun etika organisasi yang mengharuskan setiap individu untuk berjalan bersama, menurut landasan etika kolektif tersebut. Namun demikian, pada dasarnya etika publik ini terbentuk dari etika individu, sehingga tidak mungkin akan tercipta etika publik, tanpa adanya kesadaran masing-masing pribadi akan nilai moralitas.
Pendidikan agama dan moral merupakan pedoman sangat penting bagi dalam proses belajar mengajar sebagai salah satu antisipasi agar anak-anak didik kita terhindar hal-hal yang bertentangan dengan agama di era globalisasi saat ini. Dikatakan, dengan kuatnya pendidikan agama akan menciptakan generasi yang bermoral dan berkualitas. Kondisi itulah yang saat ini ditanamkan Yayasan Pendidikan Harapan, sehingga melahirkan generasi-generasi yang berkualitas dengan cirinya iman, ilmu dan amal.
Pendidikan moral bisa disamakan pengertiannya dengan pendidikan budi pekerti. Pendidikan moral merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian supaya menjadi manusia yang baik. Secara umum, ruang lingkup pendidikan moral adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai budi pekerti luhur. Di antara nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah sopan santun, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertakwa, berkemauan keras, bersahaja, bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, rasa kasih sayang, rasa malu, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, sportif, taat asas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, dan ulet. Jika anggota masyarakat telah memiliki karakter dengan seperangkat nilai budi pekerti tersebut, diyakini ia telah menjadi manusia yang baik.
Zaim Elmubarok dalam bukunya “Membumikan Pendidikan Nilai” (2009) berkeyakinan bahwa sentral pendidikan nilai adalah keluarga. Menurutnya, keluarga adalah satu-satunya sistem sosial yang diterima di semua masyarakat, baik yang agamis maupun yang non-agamis. Sebagai lembaga terkecil dalam masyarakat, keluarga memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial umat manusia. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-lembaga penting sosial dan dalam tingkat yang sangat tinggi, ia berkaitan erat dengan kelahiran peradaban, transformasi warisan dan pertumbuhan serta perkembangan umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi, keyakinan, sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial, ditransfer lewat keluarga kepada generasi-generasi berikutnya.
Zaim juga menanggap keluarga merupakan batu pondasi setiap masyarakat besar manusia, dimana semua anggotanya memiliki peran mendasar dalam memperkokoh hubungan-hubungan sosial dan pengembangan serta penguatan di semua aspeknya. Untuk itu, semua usaha guna memperkuat bangunan keluarga, akan membuka peluang untuk pertumbuhan jasmani dan rohani yang sehat, dan pengokohan nilai-nilai moral di tengah masyarakat. Teori ini sangat relevan dengan kenyataan sosial yang berlaku di Indonesia, bahwa lembaga keluarga merupakan modalitas sosial yang sudah terbangun sejak lama dan selalu dijaga hingga sekarang.
Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana jiwa dan raga anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk itulah keluarga memainkan peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan kepribadian anak dan remaja. Tentu saja status sosial dan ekonomi keluarga di tengah masyarakat berpengaruh pada pola berpikir dan kebiasaan anak. Dengan demikian, berdasarkan bentuk dan cara interaksi keluarga dan masyarakat, anak akan memperoleh suasana kehidupan yang lebih baik, atau sebaliknya, akan memperoleh efek yang buruk darinya.
Tantangan Pendidikan Moral
Tantangan yang akan menghadang dalam upaya menanggulangi kemerosotan moral dan budi pekerti anak antara lain sebagai berikut:
Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat merupakan tantangan tersendiri dimana informasi baik positif maupun negative dapat langsung diakses dalam kamar/rumah. Tanpa adanya bekal yang kuat dalam penanaman agama (yang telah tercakup di dalamnya nilai moral dan budi pekerti) hal itu akan berdampak negative jika tidak di saring dengan benar.
Pola hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di tengah-tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan.
Moral para pejabat/birokrat yang memang suda amat melekat seperti “koruptor”, curang/tidak jujur, tidak peduli dengan kesusahan orang lain, dan lain-lain ikut menjadi tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan kebijakan, diragukan ketulusan dan keseriusan diimplementasikan secara benar.
Kurikulum sekolah mengenai dimasukannya materi moral dan budi pekerti ke dalam setiap mata pelajaran juga cukup sulit. Ini terjadi karena ternyata tidak semua guru dapat mengaplikasikan model integrated learning tersebut ke dalam mata pelajaran lain yang sedang diajarkannya atau yang diampunya.
Kondisi ekonomi Indonesia juga menjadi tantangan yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Karena bagaimanapun, setiap ada kebijakan pasti memerlukan dana yang tidak sedikit
Faktor-faktor Penyebab Turunnya Moral di Masyarakat Indonesia
Masalah moralitas masyrakat Indonesia baik itu usia remaja hingga dewasa, sekarang ini sudah menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Seperti mengapa para remaja kita sudah mengkonsumsi obat-obatan terlarang? mengapa para remaja kita dengan bebasnya bergau dengan lawan jenis tanpa merasa risih dan malu? megapa para pemiimpin di negeri kita sugguh mudah tersinggung, dan tidak malu juga mempertontonkan pertengkaran di muka umum? Mengapa begitu banyak para pemimpin ini tidak merasa malu mengambil hak-hak orang kecil, seperti melakuka korupsi?. Pertanyaan-pertanyaan seperti yang telah dikemukakan meruapakan sederetan kecil dari masalah moral yang masih belum bisa hadapi.
Ketika berbicara tentang moral, kita perlu tahu bahwa hal ini erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang menyimpang dari aturan yang seharusnya membuat moral bangsa kita semakin buruk di mata negara lain. Kemerosotan moral ini bukanlah suatu hal yang bisa dibanggakan karena hal itulah yang membuat negara kita tampak kurang berwibawa di dunia internasional. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu perlu diketahui sehingga kita mampu menemukan solusi yang terbaik dan membantu dalam penyelesaian masalah tersebut.
a) Penyalalah gunaan sebagian ajaran moral
Tidak diragukan lagi bahwa sebagian ajaran moral telah dan masih terus akan disalahgunakan dalam berbagai bentuk dan cara. Mereka yang telah dirasuki ketamakan, terutama apabila mempunyai kekuatan dan pengaruh, tidak akan ragu-ragu dalam memakai segala cara untuk mencapai tujuannya. Penelitian ilmiah, terlepas dari kebenaran landasannya, terkadang di[ergunakan untuk melakukan penindasan, tirani, menyiksa kelas buruh.
b) Penyalahgunaan Konsep-Konsep Moral
Sama hal nya dengan ajaran moral, konsep-konsep dari moral pun disalahgunakan. Seringkali ditemui, kemerdekaan ditindas atas nama kemerdekaan, dan ketidakadilan diterapkan atas nama keadilan dan persamaan. Setiap hal yang baik dan bermamfaat bisa disalahgunakan. Meskipun demikian, bagaimanapun nama keadilan itu disalahgunakan tidak akan sama halnya dengan ketidakadila itu sendiri. Keduanya tetap berbeda. Demikian juga, bagaimanapun nama kemerdekaan disalahterapkan, tetapi kemerdekaan sejati tidak akan sama dengan perbudakan.
Jadi tidak diragukan lagi ajaran Islam telah dieksploitasi untuk tujuan pribadi dan kelompok tertentu. Tetapi tidak berarti bahwa ajaran-ajaran tersebut palsu atau rancu. Sebaliknya, keadaan tersebut menuntut kewaspadaan sebagian masyarakat agar ajaran tersebut tdak rusak, dan nilai-nilainya tidak disalahgunakan.
c) Masuknya Budaya Westernisasi (budaya kebarat-baratan)
Masuknya budaya barat bisa dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya budaya tersebut tidaklah salah, yang salah adalah individu yang tidak mampu menyaring hal-hal yang baik untuk dirinya. Dengan budaya asing yang masuk ke negara kita sekarang ini, banyak orang menganggap bahwa free sex atau materialisme adalah hal yang biasa. Keadaan ini sangat memprihatinkan mengingat banyak remaja yang melakukan hal tersebut dan hal itu yang sering jadi masalah remaja saat ini. Tumbuhnya budaya materialisme juga bisa diliat dari banyaknya orang-orang yang sangat memperhatikan gaya hidup yang terkesan mewah tanpa memperdulikan sekitar dan masa depannya.
d) Perkembangan Teknologi
Turunnya moral bangsa Indonesia juga diakibatkan oleh perkembangan teknologi saat ini. Dengan kemudahan akses internet, banyak orang memanfaatkan fasilitas tersebut untuk mencari gambar atau video porno. Hal ini jika dilakukan terus menerus akan merusak moral bangsa karena pikiran mereka sudah dimasuki oleh doktrin-doktrin barat yang kadang salah tersebut.
e) Lemahnya Mental Generasi Bangsa
Penurunan kualitas moral dari generasi bangsa juga dapat disebabkan karena lemahnya mental dari generasi bangsa yang terbentuk sejak dini, sehingga membentuk karakter yang kurang baik. Karakter tersebut akan menjadi watak perilku seseorang dalam menjalani kehidupan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu diupayakan pembentukan karakter sejak dini
f) Kurangnya Materi Aplikasi tentang Budi Pekerti
Kurangnya materi pengapliasian dari budi pekerti adalah salah satu penyebab turunnya moral bangsa kita baik itu dalam bangku sekolah, dan kurangnya perhatian dari guru sebagai pendidik dalam hal pembentukan karakter peserta didik, sehingga peserta didik lebih banyak terfokus pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek afektif dalam pembelajaran. Hasilnya adalah peserta didik pintar dalam hal pelajaran tertentu, namun mempunyai akhlak/moral yang kurang bagus. Banyak di antara peserta didik yang pintar jika mengerjakan soal pelajaran, namun tidak hormat terhadap gurunya, suka mengganggu orang lain, tidak mempunyai sifat jujur, malas, dan sifat-sifat buruk lainnya.
Tingginya angka kenakalan dan kurangnya sikap sopan santun peserta didik, dipandang sebagai akibat dari kurang efektifnya sistem pendidikan saat ini. Ditambah lagi dengan masih minimnya perhatian guru terhadap pendidikan dan perkembangan karakter peserta didik. Sehinga sebagian peserta didik tidak mempunyai karakter positif. Pendidikan tanpa karakter hanya akan membuat individu tumbuh secara parsial, menjadi sosok yang cerdas dan pandai, namun kurang memiliki pertumbuhan secara lebih penuh sebagai manusia. Hal tersebut sudah dicontohkan dalam sistem pendidikan kita pasca reformasi. Kurikulum yang dibangun untuk mencerdaskan kehidupan justru berujung kepada penurunan moral dari sebagian perserta didiknya.
Solusi
Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam ahlak kita, untuk menaggulangi masalah moral ini , diantara lain adalah :
a) Memandang Martabat Manusia
Rasulullah Saw, telah mengatakan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan martabat dan derajat manusia.
Orang yang meceritakan tradisi tersebut bertanya kepada Sayidina Ali k.w. tentang sifat-sifat tersebut. Sayidina Ali menjawab “ alim , toleran, tahu berterima kasih, sabar, murah hati, berani, mempunyai harga diri, bermoral, berterus terang, dan jujur.
Memiliki harga diri (self-respect) artinya kapan saja dia bekerja untuk kepentingannya dan untuk memenuhi kebutuhannya, dia harus memperhitungkan segala sesuatu yang sekiranya bisa memalukan da merendahkan posisinya, seperti tidak konsisten denga martabatnya sebagai manusia, dan mempertimbangkan segala tindakan yang akan bisa mengembangkan kematangan spiritualnya, dan mengangkat posisinya agar bisa dibanggakan.
Sebagai contoh, setiap orang sadar bahwa sifat cemburu dan iri hati hanya akan menghina dan memalukan dirinya sendiri. Orang yang iri hati tidak akan tahan dengan kemajun dan prospek orang lain. Ia tidak senang dengan prestasi-prestasi mereka. Reaksi satu-satunya adalah bagaimana caranya bisa menimbulkan bencana bagi orang lain dan mengganggu rencana-rencana mereka. Da tidak akan merasa puas jika orang lain tidak kehilangan nasib baiknya, dan tidak seperti dia. Setiap orang saddar akan memiliki sifat seperti itu hanya merupakan cerminan kepicikan belaka. Seseorang yang tidak menghargai keberhasilan orang lain adalah manusia yang tak berharga tak berkepribadian.
Sama halnya dengan sifat iri hati. Orang yang iri hati adalah orang yang begitu terpesona dengan kekayaanya sehingga ia enggan utuk menyisihkan atau membelanjakannya, bahkan bukan untuk kepentingan sendiri dan keluarganya. Dia tidak mau mendermakan kekayaan yang dimilikinya. Nampaknya orang semacam itu menjadi tawanan dari kekayaannya sendiri. Dia merendahkan martabat di depa matanya sendiri.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa rasa harga diri adalah perasaan sejati manusia. Kita merasa senag jika memberika amal, bertindak toleran, sederhana dan bekerja tekun, dan sebagainya. Sedangan sifat munafik, menjilat, cemburu dan sombong akan menghina dirinya sendir, tanpa terikat pada ajaran atau kebiasaan dan tradisi yang ada pada masyarakat tertentu. Islam mengutuk keras sifat-sifat jelek seperti itu, dan melarang eras mengembangkannya.
Beberapa sifat tertentu seperti toleran dan pengorbanan diri adalah masalah penghargaan diri dan tanda keterbukaan hati dan kebesaran jiwa. Orang yang selalu sikap berkrban dan melatih kendalu dirinya, da ditandai denga kepribadian yang baik seperti itu sehingga dia menjalani kepentingannya demi untuk kebaika orang lain dan untuk mempertahankan tujuan yang diharapkan.
Merendahkan hati dalam pengertian menghormati orang lain dan mengakui prestasi mereka dan bukan dalam pengertian memalukan diri sendiri untuk tunduk pada kekuatan, juga merupakan sifat yang mulia dan sesuai dengan martabat manusia. Kualitas seperti ini dipunyai oleh mereka yang selalu bisa mengendalikan diri dan tidak egois (self-centered), dan dengan realistis mengakui hal-hal baik dalam diri orang lain dan menghormatinya.
Sifat-sifat mulia tersebut yang membentuk landasan karakter yag mulia, adalah bagian fari nilai-nilai moral Islam yang tinggi. Kita mempunyai contoh-contoh yang tak terhitung mengenai sifat-sifat seperti itu, dan semua masalah etika mungkin diperhitungkan berkaitan dengan martabat manusia. Karena itu Nabi Besar Umat Islam dalam menyimpulkan pesan etikanya, menggambarkan sifat-sifat itu sebagai karakter manusia yang sempurna dan mulia.
b) Mendekatkan Manusia dengan Alloh
Hanya sifat-sifat mulia yang telah disebutkn diatas yang akan mendekatkan manusia dengan Alloh . Dngan demikian manusia-manusia harus memiliki dan mengembagkan sifat-sifat tersebut apabila kita membahas sifat-sifat Alloh, dan sebaliknya. Dia Maha mengetahui, Maha Kuasa dan Maha Kompeten. Semua tindakan-Nya telah dierhtungkan dengan baik-baik. Dia Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang. Semua merasakan karunia-Nya. Dia menyukai kebenaran dan membenci keburukan. Dan selanjutnya dan seterusnya. Manusia dekat dengn Alloh sesuai dengan kualitas-kualitas yang dia miliki. Jika sifat-sifat tersebut mendarah daging dalam drinya dan menjadi pelengkapnya, bisa dkatakan bahwa ia telah mendapatkan nilai-nilai moral islam. Rasululloh bersabda :
“Binalah diri sendir sesuai dengan sifat-sifat Alloh”
Manusia Islam, terlepas dari keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari tidakan dan kebiasaannya, selalu mampu untuk mengetahui apakh tindakan atau sifat tertentu akan menjaga martabat kemanusiannya, dan apakah akan membantunya dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Alloh. Dia menganggap bahwa yang diinginkan adalah segala tindakan yang akan mengangkat martabat manusia mendekatkan dirinya dengan Alloh. Demikian pula dia akan enggan dan menghindarkan diri dari segala tindakan yang akan merusak martabat manusia an memperlemah hubungan dengan Alloh. Dia menyadari bahwa perhatianya terhadap kedua kriteria tersebut secara otomatis akan membangkkitkan gairah dan berantusias untuk berkarya denga sadar untuk kepentingannya dan kepentingan kemanusiaan secara luas.
c) Kontribusi di bidang pendidikan
Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun, jika kita melihat kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini, ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Proses pendidikan belum sepenuhnya berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter positif. Bahkan, banyak yang menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana pintar dalam bangku sekolah atau perkuliahan dan piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi lemah dalam hal mental, penakut, dan perilakunya tidak terpuji. Di sisi lain, pendidikan yang bertujuan mencetak manusia yang cerdas dan kreatif serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belum sepenuhnya terwujud. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus pelajar yang terlibat tawuran, kasus kriminal, narkoba, seks di luar nikah, dan kasus-kasus yang lain.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan, untuk memperbaiki moral generasi bangsa melalui pendidikan. Namun keinginan tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang signifikan. Pemerintah dalam melaksanakan pendidikan, masih lebih banyak menitikberatkan pada kemampuan kognitif siswa, dengan mengesampingkan kemampuan afektif atau perilaku siswa dan psikomotorik atau keterampilan
Salah satu solusi agar pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan menerapkan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi konsumen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun ke bangsa sehingga menjadi insan kamil. Dengan penerapan pendidikan karakter, maka karakter dari peserta didik akan terbentuk sejak mereka berada di bangku sekolah dasar, kemudian dilanjutkan pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Dengan terbentuknya karakter tersebut, maka akan menjadi perisai atau kontrol dalam diri seseorang, sehingga akan mengendalikan perilaku orang tersebut. Intinya adalah, jika karakter sudah terbentuk, maka akan sulit untuk mengubah karakter tersebut.Dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam setiap proses pendidikan, akan membantu proses pembentukan karakter dari peserta didik yang bermoral dan bermartabat. Dengan terbentuknya karakter tersebut, maka karakter tersebut akan sulit hilang sehingga akan menjadi watak perilaku seseorang dalam menjalani masa yang akan datang. Penerapan pendidikan karakter dalam sistem kurikulum pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara :
Menyisipkan nilai–nilai moral di setiap proses belajar mengajar
Membentuk kelas motivasi (motivation class), yang dalam hal ini lebih menekankan pada penggugahan motivasi internal peserta didik
Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral, dan peserta didik dipersyaratkan lulus mata pelajaran tersebut
Mata pelajaran yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai moral hendaknya lebih aplikatif, tidak hanya text book semata
Menyeimbangkan porsi antara materi belajar akal (cerdas) dan hati (moral). Dalam hal ini guru, Departemen Pendidikan Nasional, dan masyarakat pemerhati pendidikan untuk bersama-sama mengupayakan penerapan pendidikan karakter ke dalam sistem kurikulum pendidikan.
Kesimpulan
Pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat setempat. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu perlu diketahui sehingga kita mampu menemukan solusi yang terbaik dan membantu dalam penyelesaian masalah tersebut. Bagaimana kemerosotan moral di masyarakat sekarang adalah sebuah hal bahwa masyarakat kuarang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Masyarakat sekarang sudah mengambil suatu budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita, oleh karena itu mereka terpengaruh dengan kebiasaan yang buruk melalui berbagai pengaruh baik media elektronik, style, dan gaya hidup yang serba lebih ke modern-modernan. Perkembangan teknologi dan budaya membuat sebagian orang di Indonesia menyalahgunakannya dengan berbagai kemauan dan kehendak mereka sendiri. Jadi, ada baiknya kita bisa memilih bagaimana budaya, teknologi dan lain sebagainya berguna bagi kita dan orang lain. Semoga dengan adanya pendidikan moral sejak dini bisa membuat kita lebih dekat kepada Allah SWT dan budi pekerti kita bisa membuat kita terpandang sebagai khalifah yang baik di dunia ini.
J.tanggapan masyarakat terhadap globalisasi
globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Berbagai tanggapan dan kecenderungan perilaku masyarakat dalam menghadapi arus modernisasi dan globalisasi. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut ini.
a. SIKAP POSITIF
Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif mengandung unsur-unsur sebagai berikut.
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.
2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi
kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.
4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.
b . SIKAP NEGATIF
Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.
1) Tertutup dan was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga mereka merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan dan perkembangan dunia, kondisi ini akan menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
2) Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.
3) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.
K.pengaruh globalisasi terhadap budaya nasional
Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Nasional - Pengaruh globalisasi yang mengancam jati diri bangsa adalah masuknya unsur-unsur budaya nasional.Di era globalisasi ini,setiap bangsa bebas keluar masuk memberikan pengaruhnya kepada bangsa lain.Akibatnya,berbagai paham dan ideologi pun masuk ke bangsa lain,begitu pula bangsa Indonesia.Globalisasi sekarang ini merambah hampir ke semua bidang kehidupan kita.Tidak semua masyarakat dapat menerima globalisasi dengan tangan terbua.Ketidaksiapan menerima globalisasi akan menciptakan perubahan dalam masyarakat.
Culture Shock (Gegar Budaya)
Culture Shock atau biasa disebut Gegar budaya merupakan istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang mengahdapi kondisi lingkungan sosial budaya yang berbeda.Globalisasi banyak membawa unsur-unsur budaya baru yang mungkin mengakibatkan kekagetan oleh masyarakat yang tidak siap menerimannya.
2. Culutre Lag (Kesenjangan Budaya)
Culture Lag atau biasa disebut Kesenjangan budaya merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan terjadinya kesenjangan antara berbagai bagian dalam suatu kebudayaan.Dapat dikatakan culture lag karena merupakan suatu ketertinggalan kebudayaan.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara.
Dampak Globalisasi yang terlihat Dampak negatif globalisasi yaitu dampak buruk yang dapat dihindari sebelum itu terjadi.Dampak positif globalisasi yaitu dampak positif/baik yang dapat diperkirakan sebelum itu terjadi.
Terdapat banyak cara untuk mengatasi dampak buruk dari globalisasi Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri, Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya,Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya,Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya, Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Maka dari itu kita sebagai generasi muda harus pandai – pandai menyaring arus globalisasi yang masuk, agar tetap dapat sesuai dengan kebudayaan bangsa indonesia.
B.SARAN
Kita tidak dapat menentang arus globalisasi, tetapi kita juga tidak harus sepenuhnya mengikuti. Setelah mengetahui berbagai dampak globalisasi, baik positif maupun negative, kita dituntut untuk selektif memilih budaya atau pun hal – hal baru yang bersasal dari luar, sehingga kita tidak menghilangkan budaya yang sejak dahulu telah tertanam pada diri kita.
Post a Comment for "CONTOH MAKALAH GLOBALISASI TINGKAT SMP"