contoh laporan wisata ke jakarta
MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN TENTANG KEINDAHAN NUSANTARA MELALUI
KUNJUNGAN KE OBYEK WISATA
LAPORAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
Disusun oleh :
1.
Berliana Indah Cahyani VIII
E
2.
Isfa Rivani VIII E
3.
Tiara Puspitasari VIII E
4.
Bagas Nur Arifin VIII
E
5.
Tri Sutimah VIII E
SMP NEGERI 2 SUMOWONO
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Laporan kegiatan kunjungan yang berjudul “MENINGKATKAN
PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN TENTANG KEINDAHAN NUSANTARA MELALUI KUNJUNGAN KE
OBYEK WISATA” ini telah disetujui oleh guru pembimbing dan disahkan oleh Kepala
SMP Negeri 2 Sumowono pada :
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan Menyetujui
Kepala SMP Negeri 2 Sumowono Guru
Pembimbing
Sri Utami, S.Pd Dra. Sri Ambarawati
NIP. 19730308 199903 2 004
NIP. 19641110 20003 2003
MOTTO
1.
Selalu menjadi orang yang optimis, bahwa
kehidupan ini penuh dengan kesempatan dan peluang untuk meraih kesuksesan.
2.
Menghargai waktu dan selalu disiplin
dalam berbagai hal.
3.
Berusaha menjadi manusia teladan yaitu
manusia yang mampu ditiru orang lain.
4.
Menjadi orang yang selalu jujur dalam
segala hal.
5.
Berusaha dapat menjalin hubungan
kerjasama yang baik dalam pekerjaan.
6.
Tiada hari tanpa senyuman.
7.
Menjadi orang penting itu baik tetapi
lebih penting menjadi orang baik.
8.
Kesopanan dan kedisiplinan adalah kunci yang baik bagi
kebaikan produktifitas kerja.
9.
Jadilah orang bijak yang mengambil keputusan yang
baik.
10.
Jadikanlah ilmu yang berguna bagi diri sendiri dan
orang lain.
PERSEMBAHAN
Laporan kegiatan kunjungan yang berjudul “MENINGKATKAN
PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN TENTANG KEINDAHAN NUSANTARA MELALUI KUNJUNGAN KE
OBYEK WISATA” ini penulis persembahkan kepada :
1.
Ibu Sri Utami, S.Pd.,
selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Sumowono yang telah memberikan ijin
kepada kami
2.
Ibu Dra. Sri Ambarawati, selaku guru pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan
3.
Ayah dan ibu yang telah memberikan dorongan baik moral
maupun spiritual
4.
Teman–teman semua yang telah memberikan bantaun dan
dorongan
5.
Semua pihak yang telah memberikan motivasinya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
KATA PENGANTAR
Dengan ini penulis mengucapkan
puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat meyelesaikan Laporan kegiatan
kunjungan yang “MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN TENTANG KEINDAHAN
NUSANTARA MELALUI KUNJUNGAN KE OBYEK WISATA” ini dengan baik.
Laporan kegiatan
kunjungan yang berjudul “MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN TENTANG
KEINDAHAN NUSANTARA MELALUI KUNJUNGAN KE OBYEK WISATA” penulis susun untuk
memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia semester 2 tahun pelajaran
2017/2018.
Terwujud dan
selesainya laporan ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1.
Ibu Sri Utami, S.Pd.,
selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Sumowono yang telah memberikan ijin
kepada kami
2.
Ibu Dra. Sri Ambarawati, selaku guru pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan
3.
Ayah dan ibu yang telah memberikan dorongan baik moral
maupun spiritual
4.
Teman–teman semua yang telah memberikan bantaun dan
dorongan
5.
Semua pihak yang telah memberikan motivasinya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
6.
Segenap pembaca yang budiman
Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan dan berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Akhirnya, cukup sekian yang dapat
penulis sampaikan dan atas semua batuannya
saya ucapan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan
balasan yang lebih baik . Amin.
Sumowono, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
2.5 Museum IPTEK ................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Karya
wisata adalah kegiatan wisata yang dilakukan untuk menambah pengalaman dan
pengetahuan. Dengan berwisata dapat belajar memahami secara langsung ke tempat
wisata yang bersejarah yang dapat menunjang pembelajaran sekolah.
Selain
unsur sejarah dapat mempelajaro obyek wisata secara langsung menambah ilmu dan
dapat menambah pengetahuan penulis. Obyek wisata di Jakarta-Bandung berkaitan dengan
sejarah juga dengan pembelajaran sekolah dan tekhnologi.
Dalam laporan ini membahas tentang beberapa
obyek wisata antara lain : Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Lubang Buaya,
TMII, IPTEK, Museum Geologi, Trans Studio Bandung dan Cibaduyut.
1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak penulis capai dalam pembuatan
laporan perjalanan ini serta dalam pelaksanaan study tour sebagai berikut :
1.
Memenuhi atau menjalankan program tahunan OSIS
2.
Menyelesaikan tugas yang diberikan sekolah
3.
Untuk mengetahui beberapa obyek wisata yang mengandung
beberapa unsur-unsur yang sangat mendukung proses pembelajaran di sekolah.
4.
Untuk lebih mengenal dan mengetahui beberapa tempat
pembelajaran yang berbentuk tempat wisata
5.
Sebagai inspirasi dan meningkatkan kreativitas siswa
6.
Menambah wawasan para siswa
7.
Untuk melatih keterampilan menulis
8.
Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah
didapat sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
9.
Memupuk tali persaudaraan antara sesama siswa
1.3 Waktu
Pelaksanaan
Kegiatan wisata ini dilaksanakan pada :
Hari :
Selasa – Jum’at
Tanggal :
16-20 Januari 2018
1.4 Tempat
a. Jakarta
·
Masjid Istiqlal
·
Monas
·
Lubang Buaya
·
TMII
·
IPTEK
b. Bandung
·
Museum Geologi
·
Trans Studio Bandung
·
Cibaduyut
1.5 Peserta
Kegiatan ini dilaksanakan oleh semua murid kelas
VIII dan wali kelas yang terdiri atas :
·
Seluruh murid kelas VIII A-VIII E (89 orang)
·
Wali kelas VIII A-VIII E
·
Panitia
Diikiuti juga oleh :
1. Pemandu wisata
2. Sopir bus 1 dan bus 2
3. Pendamping
4. Pembimbing
1.6 Metode
Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini ada 2 metode yang
penulis gunakan untuk mengumpulkan data yaitu observasi dan studi pustaka.
1. Observasi
Penulis mengadakan
pengamatan secara langsung atau mengunjungi obyek wisata secara langsung dan
mencatat data-data sesuai dengan materi yang penulis butuhkan
2. Study Pustaka
Penulis mencari sumber informasi
dari buku dan internet.
BAB II
OBYEK WISATA DI
WILAYAH JAKARTA DAN BANDUNG
Setelah kami melakukan perjalanan panjang,
akhirnya kami berhenti di rumah makan pukul 19.00 WIB untuk makan malam
bersama, setelah itu sholat dan setelah kami istirahat sebentar di rumah makan.
Setelah kurang lebih satu jam kami langsung
melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Dalam perjalanan ada yang menyumbangkan
suaranya untuk hiduran dengan berkaraoke, jadi tidak terasa melelahkan. Setelah
itu kami tidur dan tidak terasa kami tiba di Masjid Istiqlal Jakarta pukul
05.00 WIB. Kami turun untuk mandi kami menuju parkiran bus untuk sarapan.
Setelah sarapan kami kembali naik bus untuk melanjutkan perjalanan ke Monas.
Setelah sampai kami berfoto-foto sambil menunggu Monas dibuka. Setelah dibuka
kami masuk ke terowongan yang langsung menembus kedalam Monas, Disana ada teks
proklamasi auntentik dan suara pidato dari Ir. Soekarno tetapi sayang
perjalanan berakhir di cawan Monas. Sebelum itu kami berfoto di cawan Monas
sambil melihat pemandangan. Lalu kami menaiki kereta menuju gerbang keluar
Monas. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Museum Pancasila Sakti. Saat
sampai di museum Pancasila Sakti sambil dijelaskan, kami melihat sumur maut
yang sudah tua. Kemudian kami meninggalkan museum untuk menuju bus dan melanjutkan
perjalanan menuju TMII dan IPTEK untuk melihat alat peraga. Setelah puas kami
menuju rumah makan sambil mendengarkan musik. Setelah itu kami melanjutkan
perjalanan menuju Hotel Serena, sesampainya dihotel kami mengambil kartu kamar
hotel. Di hotel kami bersenang-senang dan istirahat. Pagi harinya kami mandi,
setelah mandi kami pergi sarapan prasmanan bersama-sama. Setelah itu kami
berbenah dan melanjutkan perjalanan ke museum Geologi, sesampainya di museum
kami melihat barang-barang yang bersejarah. Kemudian kami melanjutkan ke Trans
Studio Bandung. Setelah sampai disana siswa-siswi harus mengantri untuk masuk,
kemudian kami diperiksa tasnya karena tidak boleh membawa makanan, kami masuk
dan mencoba wahana yang ada disana, pada jam 15.00 WIB kami meninggalkan Trans
Studio Bandung dan makan siang di bus. Setellah itu kami melanjutkan ke
Cibaduyut, sesampainya disana kami diberi waktu sampai jam 17.30 WIB untuk
berbelanja. Disana ada makanan khas Bandung yaitu peuyem. Setelah membawa makanan
khas di Bandungkami meunju bus ke restoran dan pulang.
2.1 Masjid Istiqlal
Masjid Istiqlal ialah
masjid terbesar di Asia Tenggara. Sebagai rasa syukur atas kemerdekaan yang
diperoleh republik Indonesia masjid Istiqlaldapat kita artikan Merdeka. Ide
awal pembangunan masjid ini ialah dari bapak. KH. Wahid hasyim (menteri agama
tahun 1950) dan bapak Anwar Cokroaminoto. Tahun 1953 dibentuk lah pantia
pembangunan masjid Istiqlal yang diketuai oleh Bapak. Anwar Cokroaminoto. Belio
menyampaikan rencana pembangunan masjid pada Ir. Soekarno dan ternyata
mendapatkan sambutan hangat dan akan mendapat bantuan sepenuhnya dari presiden.
Ir. Soekarno sejak tahun
1954 oleh panitia diangkat menjadi kepala bagian teknik pembangunan Masdjid
istiqlal, dan belio juga menjadi ketua dewan juri untuk menilai syayembara
maket Istiqlal. Tahun 1955 diadakan syayembara memebuat gambar dan Maket
pembangunan masjid Istiqal. Diikuti oleh 30 Orang peserta dan hanya 27 orang
peserta yang menyereahkan gambar. Dan hanya 22 orang saja yang memenuhi
persyaratan lomba. Setelah di diskusikan oleh dewa juri yang menjadi pemenang
ialah 5 orang dan dari 5 orang terebut terpilih Arsitek F Silaban dengan Sandi
ketuhanan.
Pada tahun 1961 diadakan
penanaman tiang pancang pertama pembangunan masjid Istiqlal. 17 tahun kemudian
bangunan masjid selesai dibangun, dan penggunaannya dilakukan sejak tanggal 22
Februari 1978. Pembangunan majid ini didanai dengan APBN sebanyak 7.000.000.000
dan 12.000.000 US. Luas tanah areal masjid Istoqlal ialah 9.3 hektar. Lokasi
pembangunan gedung ialah seluas 2,5 hektar terdiri dari; gedung Induk/Utama dan
balkon bertingkat lima luasnya 1 hektar, bangunan teras 1,5 hektar, Areal
parkir luasnya 3,35 Hektar, Pertamaan dan air mancur seluas 3,47 hektar.
Konstruksi Bangunan:
Tiang pancang seluruhnya
5.138 tiang, termasuk 180 tiang pada gedung pendahuluan. Seluruh Bangunan,
konstruksi Beton Bertulang. Lantai dan dinding baik dalam maupun luar
seluruhnya terbuat dari Marmer, kecuali lantai teras raksasa. Plafond seluruhnya yaitu balkon, borde tangga,
jendela, terawang, lisplank, kusen, dan tempat wudlu seluruhnya terbuat dari
stainles steel, seberat 377 ton. Kubah bebrbentuk setengah bola dengan
fasilitas :
1. Kerangk polyhendra eks Jerman Barat
2.
Konstruksi Beton bertulang garis
tengah 45 meter
3.
Ditunjang 12 Tiang kolom bergaris
tengah 2,5 meter, dihubungkan denga beton ring berukuran 2,45 meter
4.
Dipuncak Kubah dipasang lambang
bulan Bintang terbuat dari stainlees steel
tinggi tiang 17 meter,. Bergaris tengah 3 meter, berat seluruhya 2,5
ton.
5.
Kubah kecil diatas gedung
pendahuluan bergaris tengah 8 meter
6.
Menara, letaknya disebelah timur
dengan ketinggian 66,66 meter (melambangkan jumlah ayat alquran. Puncak menara
dengan ketinggian 30 meter dan berat 28 ton terletak diatas tempat azan.
7.
Bagian Gedung/Bangunan Masjid
Istiqlal:
8.
Gedung Induk/ Utama da Balkon
bertingkat lima adalah tempat sholat
9.
Gedung pendahuluan
10. Gedung penghubug
11. Teras raksasa di lantai dua, luasnya 19.800 m2.
12. Koridor di lantai dua
13. Lantai dasar tempat perkantoran, seluas 25.000 m2
Pintu gerbang masuk areal masjid
Istiqlal, terdiri dari;
·
Sebelah Selatan : 3 buah
·
Sebelah Timur : 1 buah
·
Sebelah Utara : 3 buah
Pintu Masuk masjid Istiqlal
·
Sebelah barat: Pintu Al-malik
(Pintu VIP) No 26
·
Sebelah selatan: Pintu Ar-Rahman
(no. 31), Pintu Ar Rozak (no. 14), Pintu Al Ghafar (no. 19)
Tangga masuk gerbang Utama
·
Jumlah tangga menuju lantai utama
sebanyak 11 buah, tiga diantaranya berukuran besar, berfungsi sebagai tangga
utama.
·
Tiga buah tagga berukuran besar
berukuran lebar 15 m
·
Delapan buah tangga berukuran
lebar 3n
·
Lift khusus penyandang cacat
Bangunan Penunjang Lainnya
1. Gedung tempat pemotongan hewan Qurban, sebelah Timur masjid seluas 144m2
2.
Gedung jaga satpam dan Wartel
sebelah utara masjid seluas 50 m2.
3. Pos jaga satpam, disebelah Timur dan Selatan masjid
Sarana dan Prasarana masjid Istiqlal
Sarana penunjang kebersiahan
·
Tempat wudlu ada 600 kran, dapat
melayani 600 jamaah secara bersamaan
·
Kamar mandi dan WC tertutup rapat
sebanyak 52 Kamar terdiri atas; Emper Barat dekat menara 12 kamar, Emper
Selatan 12 kamar, Emper Timur 28 Kamar
·
Lokasi Urinoir ada dua tempat
yang dapat menampung kurang lebih 80 Orang
·
Sumur Artetis ada tiga buah untuk
penyediaan air bersih, berkapasitas 600 liter permenit
·
Air Pam untuk penyediaan air
bersih, berkapasitas 0,117 m3 permenit atau perbulan berkapasitas5,065 M3.
Sarana penerangan
·
Sarana penerangan listrik
bekerjasama dengan PLN, dilengkapi 1 gardu berkapasitas 1.730 KVA. Untuk
menagglangi pemadaman arus listrik dari PLN disediakan 3 buah generator: 2 buah
berkekuatan 100 KVA, dan 1 buah berkekuatan 500 KVA.
·
Daya yang terpakai rata-rata 151,32
KVA = 151.320 Watt
·
AC central 330 unit dengan
kapasitas 10.110 KVA
·
Lampu TL sebanyak 5.325 Unit =
213 KVA/213.000 Watt
Sarana Penunjang Kemanan
·
Metal detektor untuk ceking benda
terlarang di dalam badan dan juga barang bawaan.
·
Miror detektor untuk ceking benda
terlarang didalam mobil
·
Security door khusus untuk ceking
benda terlarang yang mungkin ada pada badan/ pakaian seseorang
·
HT yang digunakan untuk
komunikasi petugas satpam.
Daya Tampung Masjid
Untuk shalat berjamaah seluruhnya
dapat menampung 200.000 jamaah dengan rincian:
·
Gedung Induk/Utama :
61.000 jamaah
·
Gedung Pendahuluan : 8.000 jamaah
·
Teras raksasa : 50.000 jamaah
·
Koridor dan tempat ainya :
81.000 jamaah
Daya tampung pelataran parkir,
dapat menampung 800 kendaraan.
Perkantoran, Ruag sidang, Ruang
tunggu, Ruang Pelaksana teknis lainnya menempati lantaidasar seluas 25.000 M2.
Kantor badan pelaksana pengelola
Masjid Istiqlal (BPPMI)
Lembaga kegamaan yang berkantor
di masjid istiqlal;
·
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Pusat
·
Dewan masjid Indonesia (DMI)
pusat
·
Dewan penseht pembinaan dan
pelestarian perkawinan Pusat (BP4) Pusat
·
Badan komunikasi pemuda remaja
masjid Indonesia (BKPRMI)
·
Lembaga pengembangan Tilawatil
Quran (LPTQ) tingkat nasional
·
Pusat perpustakan Islam Indonesia
(PPII)
·
Terjemah Alquran selama 40 jam
·
Badan pembina Rohani islam
(BABINROHIS)
·
Himpunan Seni dan Budaya Islam
(HSBI)
·
Ikatan persaudaraan Qori Qoriah
hafiz hafizah Indonesia (IPQOH)
·
Kantor tabloid jum’at
·
Badan musyawarah Organisasi Islam
wanita Indonesia (BMOIWI)
·
Kantor Sekertariat majelis Ilmuan
Muslim Muslimah sedunia Cabang Indonesia
Ruang sidang dan aula salah
satunya berukuran 18 x 24 m
Ruang tunggu khusus VIP
Unit pelaksana teknis masjid
Istiqlal
·
Perpustakaan masjid Istiqlal
·
Koperasi masjid Istiqlal
·
Pramuka masjid Istiqlal
·
Taman kanak-kanak masji Istiqlal
·
Pengajian
·
Poliklinik Masjid Istiqlal
·
KBIH masjid Istiqlal
Bedug dan Kaligrafi
Bedug masjid Istiqlal terbear di
Indonesia, dengan ukuran :
·
Garis tengah depan 2 meter
·
Garis tengah bgian belakang 1,71
meter
·
Panjang 3 meter
·
Berat 2.30 ton
·
Jenis kayu meranti merah dari
Kalimantan Timur
Kaligrafi di ruang utama
·
Bagian depan ruang mama, sebelah
kanan lafaz jalalah (Allah), di ruang surat Thaha ayat ayat 14, dan sebelah
kiri lafaz
·
Ditengah-tengah lingkaran kubah
lafadz ayat Qursi dan Surat Al-Ikhlas
2.2 Monumen Nasional (MONAS)
Monumen Nasional atau yang
populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan
setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan
perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial
Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di
bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli
1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang
melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak
tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini
dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan
terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
Sejarah
Setelah pusat pemerintahan
Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di
Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai merencanakan
pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di
lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan
mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi
kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme
generasi penerus bangsa.
Pada tanggal 17 Agustus 1954
sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional
digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu
karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan
komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan
selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi sekali lagi
tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian
meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi
Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk
lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti
itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga
biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih
kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang
lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia
membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan
rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17
Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan
monumen itu.[1][2][3] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal
seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh Frederich Silaban dan R. M.
Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.
Pembangunan
Soekarno menginspeksi
pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.
Pembangunan terdiri atas tiga
tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya
secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara
seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan
sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi
museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan
Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober.
Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus
1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat
terjadinya Gerakan 30 September sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir
berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum
sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara
lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum
dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia
Soeharto.[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan
Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan
Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di
sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka
tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang
berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas
dalam taman.
Monumen Nasional dalam tahap pembangunan.
Rancang bangun Tugu Monas
berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu
obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen
maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari.
Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan
perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam
hari.[6] Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang
saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu
Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan
"Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga
petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh
dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk
di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini
dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka
Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin
udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam
air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya,
terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia,
Prof. Coberlato[7] sebagai sumbangan oleh Konsul Jenderal Kehormatan, Dr.
Mario, di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara
dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3
m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju
tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik
kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan
berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum
sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke
tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.Relief
timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit
Pada tiap sudut halaman luar
yang mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia.
Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara
pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini
berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya,
dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda,
perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia,
terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal
abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi
kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik
Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan
patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun
beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca
tropis.
Di bagian dasar monumen pada
kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional
Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80
x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis
marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah,
sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia
sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut
timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia;
mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit,
disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan
nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama
berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20,
pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru
pada masa pemerintahan Suharto.
Ruang kemerdekaan
Di bagian dalam cawan monumen
terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai
melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini
menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya
naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di
dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding
yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[1][8]. Di dalam
Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk
mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan
perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia
disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini
terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya
Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan
kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan
dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan
yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu
Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan
naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung
Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5
ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi
berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan
dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17
Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh,
bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini
menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Pelataran setinggi 115 meter
tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian
Sebuah elevator (lift) pada pintu
sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11
meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11
orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang,
serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada
sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari
pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh
penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke
selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa
Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional
terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5
ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14
meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api
ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih
kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35
kilogram[1], akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun)
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga
mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.[9] Puncak tugu berupa "Api Nan
Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki
semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam
sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari
ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui
elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar
cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi
antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah
ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk
bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka
keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Sebanyak 28 kg dari 38 kg
emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang
pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
2.3 Museum Lubang Buaya
Lubang Buaya atau
Monumen Pancasila Sakti dibangun di areal tanah luas lebih kurang 14 Hektar,
terletak di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Lokasi
Monumen Pancasila Sakti berbatasan sebelah selatan dengan Markas Besar Tentara
Nasional Indonesia, Cilangka. Sebelah utara Lanuman Halim Perdana Kusuma,
sebelah timur Pasar Pondok Gede atau Bekasi, dan sebelah barat Taman Mini
Indonesia atau asrama Haji Indonesia, PondokGede. Beberapa bulan menjelang 30
September 1965, digunakan PKI dan organisasi massanya sebagai tempat latihan
kemiliteran dalam pemberontakan.
Museum Lubang Buaya
berisi sumur tua yang di dalamnya terdapat para pahlawan revolusi yang disiksa
lalu dibuang di sumur tersebut oleh para pemberontak PKI.
DSCF0407
Ciri khusus lain dari museum ini yaitu terdapat patung relief
sembilan jenderal Angkatan Darat yang dibunuh bersamaan, dengan diatasnya
burung garuda yang membentangkan sayapnya yang disebut monumen pancasila
monumen pancasila. Serta,
diorama ataupun relief lain.
Lubang Buaya pada
terjadinya G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis
Indonesia. Nama lubang buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang meyatakan
bahwa terdapat buaya-buaya putih di sungai yang terletak di kawasan itu.
PKI merupakan partai komunis
yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga
mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan
pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota.
Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan
pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959
parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden,
sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan
bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang
penting. Sukarno menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin“. PKI menyambut
“Demokrasi Terpimpin”, Sukarno dengan hangat beranggapan bahwa dia mempunyai
mandat untuk persekutuan konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama, dan Komunis
yang dinamakan NASAKOM.
Pada era “Demokrasi
Terpimpin”, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam
menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat
dan militer menjadi wabah. Pada kunjungan Menlu yaitu Subandrio ke Tiongkok,
Perdana Menteri Zhou Enlai memberikan 100.000 pucuk senjata chung. Penawaran
ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno, tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S. Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI
makin lama makin berusaha memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis
massanya dan polisi militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi
dan tentara dengan slogan “Kepentingan bersama polisi dan rakyat”. Pemimpin PKI
DN Aidit mengilhami slogan “Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi”. Di bulan
Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari
“sikap-sikap sektarian” kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang
dan seniman sayap kiri untuk membuat “massa tentara” subyek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan
permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas
hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi serta
para pemilik tanah. Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI
yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapa
pun (milik negara-milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru revolusi Bolsevik
di Rusia, di mana di sana rakyat dan partai komunis menyita milik Tsar dan
membagi-bagikannya kepada rakyat.
Pada permulaan 1965,
para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik Amerika
Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan
resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga
menjadi anggota kabinet. Jendral-jendral tersebut masuk kabinet karena
jabatannya di militer oleh Sukarno disamakan dengan setingkat mentri. Hal ini
dapat dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab dan lain-lain).
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam
kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya
bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis
rakyat. Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata
di mana ia berbicara tentang “perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah
kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat
Indonesia, termasuk para komunis”. Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap
para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI
tidak berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.
Tidak lama PKI
mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rezim militer,
menyatakan keperluan untuk pendirian “angkatan kelima” di dalam angkatan
bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya
memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman
militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk
membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum
kapitalis negara.
Para jendral-jendral militer,
berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan
dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa “NASAKOMisasi” angkatan bersenjata
dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan “angkatan kelima”.
Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di
Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa
aparatus militer dan negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat
dalam alat-alat negara. Pada saat-saat yang genting sekitar bulan September
1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal yang mengungkap adanya beberapa petinggi
Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk
menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut memerintahkan pasukan
Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka dan diadili oleh Soekarno. Namun
yang tidak diduga-duga, dalam operasi penangkapan jenderal-jenderal tersebut,
terjadi tindakan beberapa oknum yang termakan emosi dan membunuh Letjen Ahmad
Yani, Panjaitan, dan Harjono.
Para dewan jenderal yang dibunuh oleh pemberontak PKI antara lain :
1.
Letjen TNI Ahmad Yani
(Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi),
2.
Mayjen TNI Raden Suprapto
(Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi),
3.
Mayjen TNI Mas Tirtodarmo
Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan),
4.
Mayjen TNI Siswondo Parman
(Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen),
5.
Brigjen TNI Donald Isaac
Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik),
6.
Brigjen TNI Sutoyo
Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat),
7.
Jenderal TNI Abdul Harris
Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI
Pierre Andreas Tendean, tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
8.
Selain itu beberapa orang
lainnya juga turut menjadi korban:
9.
Bripka Karel Satsuit Tubun
(Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr. J. Leimena),
10. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta),
dan
11. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta).
4. Koleksi Lubang Buaya
Di dalam museum ini
juga terdapat sebuah ruangan khusus yang dinamakan Museum Penghianatan Komunis.
Dan dalam ruangan tersebut terdapat diorama perlakuan Partai Komunis Indonesia
(PKI) terhadap rakyat Indonesia.
diorama-lubang-buaya
Berikut ini adalah contoh
isi di dalam ruangan tersebut:
1) Diorama Peristiwa Tiga Daerah (4 November
1945)
2) Diorama Aksi Teror Gerombolan Ce’Mamat (9
Desember 1945)
Pada diorama teror
Gerombolan Ce’ Mamat, sebagai gembong komunis 1926 dan ketua Komite Nasional
Indonesia (KONI) Serang, menuduh
pemerintah RI Banten sebagai kelanjutan kolonial. Mereka juga menghasut rakyat
agar tidak mempercayai pejabat pemerintah. Pada 17 Oktober 1945 Ce’ Mamat
membentuk Dewan Pemerintahan Rakyat Serang. Mereka berhasil merebut
pemerintahan Karesidenan Banten, menyusun pemerintahan model Soviet. Ce’ Mamat
beserta pengikutnya, diantaranya Laskar Gulkut, melakukan aksi teror, merampok,
menculik, dan membunuh pejabat pemerintahan saat Presiden Sukarno serta Wakil
Presiden Moh. Hatta berkunjung ke Banten.
Ce’ Mamat dengan anak
buahnya menjemput R. Hardiwinangun, Bupati Lebak, dari rumahnya di
Rangkasbitung dan membawanya ke desa Panggarangan, dengan alasan dipanggil
Presiden. Keesokan paginya, 9 Desember 1945, mereka membunuh R. Hardiwinangun
dengan menembaknya di atas jembatan sungai Cimancak lalu melempar mayatnya ke
sungai.
3) Diorama Aksi Kekerasan Pasukan Ubel-Ubel di
Sepatan, Tangerang
Diorama ini
memperlihatkan tindak kekerasan Pasukan Ubel-Ubel di Sepatan, Tangerang, pada
12 Desember 1945. Dimulai pada 18 Oktober 1945, Badan Direktorium Dewan Pusat
pimpinan Ahmad Khairun dengan dukungan gembong komunis bawah tanah berhasil
mengambil alih kekuasaan Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara. Mereka
membubarkan aparatur pemerintah tingkat desa sampai kabupaten, menolak mengakui
pemerintah pusat RI, membentuk Laskar Hitam atau Laskar Ubel-Ubel karena
berpakaian serba hitam memakai ubel-ubel (ikat kepala). Laskar Ubel-Ubel melakukan
aksi teror dengan membunuh merampok harta penduduk Tangerang dan sekitarnya,
seperti Mauk, Kronjo, Kresek, Sepatan.
Pada 12 Desember 1945,
dibawah pimpinan Usman, Laskar Ubel-Ubel merampok penduduk Desa Sepatan,
melakukan pembunuhan, termasuk membunuh tokoh nasional Otto Iskandar Dinata di
Mauk.
4) Diorama Pemberontakan PKI di Cirebon (14
Februari 1946)
5) Diorama Peristiwa Revolusi Sosial (9 Maret
1946)
6) Diorama Pemogokan Buruh Sarbupri (19 Agustus
1948)
7) Diorama Pengacauan Surakarta (19 Agustus
1948)
Memperlihatkan
pengacauan Surakarta pada 19 Agustus 1948, sebagai salah satu upaya pengalihan
perhatian pemerintah RI terhadap persiapan kegiatan pemberontakan PKI Madiun.
PKI membakar ruang pameran Jawatan Pertambangan ketika berlangsung pasar malam
Sriwedari dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Rembetan api dapat
dicegah, namun timbul kepanikan pengunjung sehingga 22 orang menderita
luka-luka.
8) Diorama Pemberontakan PKI di Madiun (18
September 1948)
Diorama ini
menampilkan pemberontakan PKI Madiun pada 18 September 1948. Gagal menjatuhkan
kabinet Hatta dengan cara parlementer, komunis membentuk Front Demokrasi
Rakyat, melakukan aksi-aksi politik serta kekerasan.
Muso (Muso Manowar atau Paul
Musotte) yang baru kembali dari Moskow dan mengambil alih pimpinan PKI, menuduh
Soekarno-Hatta menyelewengkan perjuangan bangsa Indonesia. Ia menawarkan “Jalan
baru untuk Republik Indonesia”. Pada saat perhatian pemerintah dan Angkatan
Perang terpusat untuk menghadapi Belanda, PKI melakukan kampanye menyerang
politik pemerintah, melakukan aksi-aksi teror, mengadu domba kekuatan
bersenjata, juga sabotase ekonomi.
Dini hari 18 September
1948, ditandai 3 letusan pistol, PKI memulai pemberontakan Madiun. Pasukan
Seragam Hitam menyerbu, menguasai tempat-tempat penting dalam kota, termasuk
gedung Karesidenan Madiun. Di gedung ini PKI mengumumkan berdirinya “Soviet
Republik Indonesia” serta membentuk Pemerintahan Front Nasional. Sejumlah
petinggi militer, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat pun dibunuh.
9) Diorama Pembunuhan di Kawedanan Ngawen
Blora (20 September 1948)
10) Diorama Pembebasan Gorang-Gareng (28
September 1948)
11) Diorama Penghancuran PKI di Sooko ( 28
September 1948)
12) Diorama Pembantaian di Dungus (1 Oktober
1948)
13) Diorama Musso Tertembak Mati (31 Oktober
1948)
Diorama ini
menggambarkan saat Musso tertembak mati pada 31 Oktober 1948. Pada 1 Oktober
1948, TNI menguasai Dungus yang dijadikan PKI sebagai basis setelah kekalahan
mereka di Madiun. Pemimpin dan pasukan PKI lari
ke arah selatan, berusaha menguasai
Ponorogo, namun gagal.
Muso dan Amir Sjarifuddin lari
menuju gunung Gambes, dikawal oleh dua batalyon yang cukup kuat dan mereka
berpisah di tengah perjalanan.
Musso bersama dua
orang pengawalnya menyamar sebagai penduduk desa dan tiba di Balong pada pagi
31 Oktober 1948, dengan menembak mati seorang anggota polisi yang memeriksanya.
Dengan menggunakan dokar rampasan diiringi pengawal bersepeda, hari itu juga ia
tiba di Desa Semanding, Kecamatan Somoroto. Ia menembak seorang perwira TNI
yang mencegatnya, namun tidak mengenai sasaran. Karena tidak bisa menjalankan
kendaraan TNI rampasan, Musso lari masuk desa, bersembunyi di sebuah blandong
(tempat mandi) milik seorang penduduk. Pasukan TNI yang mengepungnya memerintahkan
supaya ia menyerah, namun Musso melawan. Ia mati tertembak dalam peristiwa.
14) Diorama Pembunuhan Massal di Tirtomoyo (4
Oktober 1948)
15) Diorama Penangkapan Amir Syariffudin (29
November 1948)
16) Diorama Serangan PKI di Tanjung Priok (6
Agustus 1951)
17) Diorama Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret
1953)
18) Diorama Lahirnya MKTBP PKI (14 Maret 1954)
19) Diorama D.N Aidit Diadili (25 Februari 1955)
20) Diorama Kampanye Budaya PKI (25 Maret 1963)
21) Diorama Rongrongan PKI terhadap ABRI
(1964-1965)
22) Diorama Peristiwa Kanigoro (13 Januari 1965)
23) Diorama Bandar Betsi (14 Mei 1965)
24) Diorama Pawai Ofensif Revolusioner PKI di
Jakarta (23 Mei 1965)
25) Diorama Penyerbuan Gubernuran Jawa Timur (27
September 1965)
26) Diorama Penguasaan Kembali RRI Pusat (1
Oktober 1965)
27) Diorama Peristiwa Kentungan Yogyakarta (2
Oktober 1965)
28) Diorama Rapat Umum Front Pancasila (9
November 1965)
29) Diorama Penangkapan D.N Aidit (22 November
1965)
30) Doirama Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa
(mahmillub) 14 Februari 1966
31) Diorama Rakyat Jakarta Menyambut Pembubaran
PKI (12 Maret 1966)
32) Diorama Operasi Trisula di Blitar (20 Jli
1968)
33) Diorama Penumpasan PKI Ilegal Iramani di
Puwodadi (27 Januari 1973)
34) Diorama Tetembak Matinya S.A Sofyan (12
Januari 1974)
Selain itu museum ini
memiliki berbagai koleksi diantaranya,
1) Sumur Maut, tempat dibuangnya para dewan
jenderal oleh PKI.
2) Rumah-rumah bersejarah, terdapat suatu
dapur yang masih utuh yang digunakan oleh sekawanan PKI dalam menyiapkan
makanannya. Kemudian ruang penyiksaan, ruangan ini digambarkan dengan ilustrasi
patung para orang-orang PKI yang menyiksa jenderal Angkatan Darat yang belum
sempat terbunuh. Selanjutnya ruangan yang lain yang tidak kalah menariknya.
3) Mobil Dinas menpangad Letjen. TNI Ahmad
Yani, mobil ini digunakan oleh TNI Ahmad Yani untuk pergi bertugas.
4) Mobil Dinas pangkostrad Mayjen TNI
Soeharto ( Toyota Kanvas)
5) Truk dodge
truk dodge
6) Pancer
Saraceen
2.4 TMII
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan
suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area
seluas kurang lebih 150 hektare[1] atau 1,5 kilometer persegi ini terletak pada
koordinat 6°18′6.8″LS,106°53′47.2″BT. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan
bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat
26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah
berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka busana, tarian, dan tradisi
daerah. Di samping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang
menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung,
berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai
sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata
terkemuka di ibu kota.
Sejarah
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat
kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti
Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini
tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13
Maret 1970. Melalui miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan
rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia.[2] Maka dimulailah suatu
proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang
dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan
pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia
sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektare.
Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan
perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak rata ini
untuk menciptakan bentang alam dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai
jenis lingkungan hidup di Indonesia.
2.5 Museum IPTEK
Gagasan pendirian science centre di Indonesia
diprakasai oleh Menteri Riset dan Teknologi pada waktu itu, Prof. Dr. B.J.
Habibie, pada tahun 1984. Dibentuk Panitia Kerja dengan SK Menteri Riset dan
Teknologi No.15/M/Kp/IX/1984 untuk melakukan studi banding, pengkajian konsepsi
dasar pembangunan, tema peragaan, system pengelolaan, serta bentuk
arsitekturnya. Pada tahun 1987 Supporting Committee dibentuk untuk
mensosialisasikan science centre kepada masyarakat luas melalui penyelenggaraan
pameran fisika dan matematika di Gedung Pengelola Taman Mini Indonesia Indah
(TMII), yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad
Hasan.
Usaha sosialisasi dilanjutkan pada tahun
1988-1990 dengan peragaan 20 alat peraga interaktif bidang IPA di Anjungan
Istana Anak-Anak TMII, sebagai hasil kerjasama dengan Fakultas Pendidikan
Matematika & IPA, IKIP Jakarta. Tujuan usaha ini untuk pengenalan dan studi
penjajakan animo masyarakat. Kesan yang diperoleh dari pengunjung sangat
positif dan para remaja dapat mengenal iptek secara lebih mudah dan nyata.
Peragaan tersebut digunakan juga sebagai media pengajaran bidang iptek oleh
beberapa mahasiswa IKIP Jakarta yang bertindak sebagai pemandu.
Konsep awal perencanaan Pusat Peragaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (PP-IPTEK) kemudian dibantu oleh US Agency for
International Development dan Asia Foundation. Sesuai dengan konsep awal
tersebut, Master Plan PP-IPTEK dikembangkan oleh Tim Kementerian Ristek, PT
Tripanoto Sri Konsultan, Tim dari Musee de La Villete dan Sopha Development
dari Perancis.
Pada tanggal 20 April 1991, PP-IPTEK diresmikan
oleh Presiden Soeharto di gedung sementara Terminal B Skylift-TMII, berlantai 2
seluas 1.000 m2. Sejumlah alat peraga telah dibuat sendiri oleh tenaga ahli
dari Puslitbang KIM-LIPI, LUK BPPT, BATAN, juga sumbangan dari industri
strategis dan IBM.
PP-IPTEK akhirnya menempati gedung permanen pada
tanggal 10 November 1995, berlokasi di poros utama kompleks TMII menghadap
Plaza Perdamaian Monumen KTT Non-Blok. Dengan filosofi konsep sebagai api
semangat iptek yang merupakan titik awal pengembangan masa depan, konsep desain
bangunan futuristic, menjelajah tanpa batas, Konsultan Perencana PT. Tripanoto
Sri telah merancang bangunan seluas 24.000 m2 di atas area seluas 42.300 m2.
Sejak saat itu telah tersedia sarana pembelajaran iptek yang memberi kesempatan
kepada pengunjung untuk melihat dan mempelajari rahasia dan gejala alam yang
diperagakan, mempelajari dengan menggunakan indera pendengar, pencium, dan
peraba melalui manipulasi, operasi dan eksperimen. Melalui peragaan dan
program, pengunjung diberi kesempatan untuk menjajagi fenomena dan khasanah
iptek secara mandiri, keluarga dan kelompok, agar memberi inspirasi dan
meningkatkan daya kretivitas dan inovasi.
2.6 Museum Geologi
Keberadaan Museum Geologi sangat erat kaitannya
dengan sejarah penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak
1850-an. Pada saat itu, lembaga yang mengkoordinasikan penyelidikkan geologi
adalah “Dienst van het Mijnwezen”. Museum Geologi untuk pertama kalinya
diresmikan pada saat pembukaan gedung “Dienst van den Mijnbouw” yaitu pada 16
Mei 1929. Peresmian ini bertepatan dengan pembukaan kongres Ilmu Pengetahuan
Pasifik ke-IV yang diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung. Gedung ini
berfungsi sebagai perkantoran yang dilengkapi dengan sarana laboratorium
geologi dan museum untuk menyimpan dan memperagakan hasil survei geologi.
Gedung Museum Geologi (1929) di Rembrandt Straat
(sekarang Jl. Diponegoro, Bandung).
Sejalan dengan dinamika sejarah, secara
kelembagaan Museum Geologi terus mengalami perubahan. Pada zaman pemerintahan
Belanda (1929-1941), Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan
merupakan unit kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi
“Dienst van den Mijnbouw”.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang
(1942-1945). “Dienst van den Mijnbouw” diganti namanya menjadi “Kogyoo Zimusho”
yang kemudian berganti nama menjadi “Tisitutyosazyo” dimana Museum Geologi
sebagai bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia.
Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (1978-2002). Pada 2003 Museum Geologi menjadi Unit
Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG), di bawah
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian
Energi dan Sumberdaya Mineral. Pada 2013, berdasarkan Permen ESDM No. 12 Tahun
2013, Museum Geologi menjadi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG), di
bawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral.orium
Paleontologi dan Kimia.
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pengelolaan
Museum Geologi berada di bawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG,
1945-1950) institusi ini berganti nama menjadi Djawatan Pertambangan Republik
Indonesia (1950-1952), berganti nama lagi menjadi Djawatan Geologi (1952-1956),
Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat
Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978-2002).
Pada 2003 Museum Geologi menjadi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG),
di bawah Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral. Pada 2013, berdasarkan Permen ESDM No. 12 Tahun 2013, Museum Geologi
menjadi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG), di bawah Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral.
2.7 Trans Studio Bandung
Sejarah
Trans Studio Bandung yang merupakan salah satu dari beberapa kawasan wisata
Terpadu di Indonesia ini, sesuai namanya, dimiliki oleh perusahaan Trans
Corporation. Lokasi wisata tersebut berdiri di areal Bandung Supermal (BSM) dan
merupakan kawasan wisata kedua yang dibangun oleh Trans Corporation setelah
sebelumnya sukses mendirikan Trans Studio Resort Makassar yang dibuka untuk
umum pada tahun 2008. Klaim dari pihak Trans adalah bahwa Trans Studio Bandung
memiliki wahana-wahana yang menawarkan berbagai macam pengalaman petualangan
yang tidak kalah seru dan menegangkan jika dibandingkan dengan wahana yang ada
di Trans Studio pendahulunya di Makassar. Area yang digunakan oleh kawasan
wisata Trans Studio Bandung ini memiliki luas 4,2 hektar, dimana investasi yang
ada di dalamnya mencapai sebuah angka fantastis sebesar 2 triliun Rupiah dan
membuatnya menjadi kawasan hiburan yang paling luas dan paling lengkap di
daerah Bandung.
Sejarah Trans Studio Bandung dan Kawasan Wisata
Terpadu di Dalamnya
Sejarah Trans Studio Bandung tidak akan pernah
ada jika sebelumnya Trans Studio Resort Makassar tidak menjadi sebuah wahana
yang sukses. Awalnya, Trans Studio Resort Makassar terinspirasi oleh
wahana-wahana serupa di luar negeri seperti misalnya Universal Studio, Disney
Resort, dan Movie World milik Warner Bros. Yang mendiferensiasikan Trans Studio
dengan wahana-wahana yang telah disebut barusan adalah Trans Studio merupakan
wahana wisata yang berada di dalam ruangan. Setelah melalui berbagai macam
proses riset dan pendesainan, pendahulu sejarah Trans Studio Bandung ini baru
diresmikan untuk umum pada tanggal 2 September 2009 setelah mulai direncanakan
sekitar dua tahun sebelumnya. Awalnya, proyek Trans Studio Resort Makassar ini
selain untuk bersaing dengan wahana serupa adalah demi membuat seluruh mata
yang ada di Indonesia dapat mengalihkan pandangan mereka dari pulau Jawa untuk
sementara dan mengagumi keindahan-keindahan yang mampu disuguhkan oleh
Indonesia bagian Timur.
Melihat kesuksesan Trans Studio Resort Makassar
inilah yang menyulut api mimpi Chairul Tanjung yang saat itu menjabat sebagai
komisaris dari Trans Corporation untuk menuliskan sejarah Trans Studio Bandung
demi menjamin bahwa anak-anak dan keluarga Indonesia mendapatkan sebuah tempat
dimana mereka bisa bersenang-senang dan melepas penat dari rutinitas mereka
sehari-hari. Bandung kemudian dipilih sebagai tempat kedua yang cocok menjadi
tuan rumah bagi kawasan wisata terpadu Trans Studio ini. Meski tidak dapat
dikonfirmasi, ada beberapa kabar yang mengatakan bahwa Bandung terpilih karena
lokasinya yang amat strategis. Ketika didirikan, pihak Trans Corporation sudah
menetapkan target pengunjung, dimana mereka memperhitungkan bahwa pengunjung
tidak hanya wisatawan dalam negeri, tetapi juga wisatawan luar. Target yang
ditetapkan ini membuat Trans Studio Bandung yang baru berdiri harus mampu
bersaing melawan beberapa lawan yang tangguh seperti Genting Highlands maupun
Resort World Sentosa yang sudah duluan tersohor di dunia internasional.
Area-Area di Sekitar Trans Studio Bandung
Sejarah Trans Studio Bandung juga tidak akan
lepas dari Bandung Supermal (BSM) yang kini telah “dicaplok” secara keseluruhan
dan merubah namanya menjadi Trans Studio Mall (TSM), serta beberapa tempat
lainnya seperti misalnya Trans Luxury Hotel – sebuah hotel bintang 6 – dan Ibis
Hotel Bandung di bidang perhotelan dan Mega Tower yang merupakan kantor pusat
Bank Mega di Bandung dalam bidang perbankan. Area di dalam wilayah Trans Studio
Bandung juga nampaknya sudah ada dari awal dimulainya sejarah Trans Studio
Bandung sudah dibagi menjadi tiga bagian dengan wahananya mengikuti tema,
yaitu:
·
Studio Central, yang merupakan gabungan dari:
·
Yamaha Racing Coaster
·
Dunia Anak
·
Super Heroes 4D The Rides
·
Science Center
·
Dunlop Trans Car Racing
·
Sibolang
·
Indosat Galaxy Vertigo
·
Giant Swing, dan
·
Teater Trans City
·
Magic Corner, bagian yang memiliki tema sihir sesuai
namanya dan terdiri dari:
·
Negeri Raksasa
·
Special Effect Action Show
·
Balck Heart’s Pirate Ship
·
Dunia Lain
·
Dragon Raiders
Lost City, sebuah bagian dengan tema petualangan yang
wahananya adalah:
·
Jelajah
·
Amplitheater
·
Kong Climb
Salah satu bagian terpenting dalam sejarah Trans Studio Bandung adalah ketika Kawasan Wisata Trans Studio Bandung ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Rentetan acara yang turut menyambut lahirnya Trans Studio Bandung dengan berbagai macam kesenian dan pertunjukkan khas Indonesia. Pertunjukkan pertama yang dimainkan ialah pertunjukkan drama kolosal dengan judul Legenda Putra Mahkota, sebuah drama kolosal yang mampu bersaing di kancah internasional melalui aksi para pemain dan aksi sirkus yang tiba-tiba muncul membuat hati para penonton terkagum-kagum. Pertunjukkan yang membutuhkan waktu 1 minggu panjang ini awalnya bertujuan untuk menyambut Presiden RI pada masa itu.
Setelah selesai dengan pertunjukkan pertama,
acara dilanjutkan dengan sebuah pertunjukkan yang bertujuan memamerkan
kemampuan Trans Corporation untuk menciptakan efek khusus dalam film-film aksi.
Penampilan kedua ini dinilai cukup hebat dengan adanya stuntman yang
kemampuannya di atas rata-rata dan merupakan seorang yang profesional.
Pertunjukkan ketiga adalah pertunjukkan parade dan permainan laser,
pertunjukkan yang hanyalah sebuah modifikasi dari parade-parade yang biasa kita
saksikan. Parade ini dimulai pada pukul 2 siang lewat beberapa menit dan
dikhususkan untuk RI-1 sebagai tanda terima kasih karena telah menyempatkan
datang ke acara tersebut. Pertunjukkan parade yang mampu disaksikan oleh umum
baru dimulai pada pukul 5 sore yang juga menandakan berakhirnya sejarah Trans
Studio Bandung.
2.8 Cibaduyut Bandung
Cibaduyut Bandung sebagai sentra kerajinan
sepatu dimulai pada tahun 1920 dimana sebagian warga setempat merupakan pekerja
pada pabrik sepatu di Bandung. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti
bekerja dari pabrik tersebut. Berbekal dari penggalaman mereka bekerja pada
pabrik sepatu, mereka mulai merintis usaha pembuatan dan penjualan produk alas
kaki sederhana di lingkungan rumah dengan melibatkan anggota keluarga sebagai
tenaga kerjanya. Semakin lama pesanan akan sepatupun semakin berkembang. Hal
ini menyebabkan mereka kewalahan dalam memenuhi permintaan pelanggan dan mulai
merekrut karyawan yang merupakan tetangga atau warga sekitar dalam pembuatan
usaha sepatu atau alas kaki tersebut. Situasi ini menyebabkan keterampilan
dalam membuat sepatu menyebar pesat di lingkungan masyarakat di Bandung
khususnya masyarakat Cibaduyut.
Sejarah mencatat pengrajin sepatu yang ada di
Cibaduyut pada tahun 1940 ada sebanyak 89 orang. Ini merupakan dampak dari
meningkatnya jumlah pesanan yang disebabkan oleh kualitas yang sangat baik dari
sepatu Cibaduyut yang sangat sesuai dengan selera pembeli dimasa itu. Sekitar
tahun 1950, jumlah usaha sepatu pun semakin bertambah menjadi 250 unit usaha
sepatu. Banyaknya jumlah unit usaha sepatu inilah yang menyebabkan Cibaduyut
dikenal sebagai sentra pembuatan sepatu terbesar di Bandung pada tahun 1978.
Pusat perbelanjaan sepatu Cibaduyut Bandung
menjadi pasar penjualan sepatu terpanjang di dunia dan tahun 1989 Pemerintah
Republik Indonesia meresmikan cibaduyut ini sebagai daerah tujuan wisata. Di
Cibaduyut terdapat berbagai macam barang tidak hanya sepatu tapi juga tas,
jaket, aksesoris dan berbagai barang souvenir lainnya yang terbuat dari bahan
kulit asli.
Sentra kerajinan sepatu Cibaduyut Bandung mulai
meredup setelah terjadi krisis moneter tahun 1998 dan memasuki era milenium
tahun 2000. Banyaknya produk sepatu impor yang masuk ke dalam negeri dan
menurunnya pamor menggunakan produk dalam negeri menjadi alasan utama. Namun
perlahan-lahan industri sepatu Cibaduyut kembali bangkit kembali dan hal
tersebut berkat eksistensi para pengrajin yang mempertahankan warisan leluhur
mereka. Puncaknya ketika Presiden RI Joko Widodo dan Wakilnya Jusuf Kalla
menggunakan sepatu dari Cibaduyut. Saat ini setiap liburan sekolah, kawasan
Cibaduyut kembali dilirik menjadi wisata belanja di sekitar Bandung Jawa Barat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kegiatan wisata ini kita dapat mengambil
banyak sekali manfaat yang kita butuhkan, contohnya dapat menambah pengalaman
dan mendapat wawasan, mengenal sejarah, pembelajaran yang kita butuhkan dan
dalam kegiatan ini kita bisa mendapat inspirasi dan dapat menikmati keindahan
pemandangan nusantara yang begitu beragam.
Penulisa dapat menikmati keindahan dan keagungan
masjid Istiqlal, Monas, Monumen Lubang Buaya, TMII, IPTEK, dan Trans Studio
Bandung dan berbelanja oleh-oleh khas Bandung di Cibaduyut. Dari beberapa
tempat-tempat bersejarah tersebut juga merupakan salah satu sarana pendidikan
luar sekolah yang didalamnya terdapat perpaduan antara pengetahuan dan unsur
hiburan
3.2 Saran
Adabeberapa saran yang perlu diperhatikan
diantaranya :
1. Jika kita ingin
memasuki kawasan wisata di Jakarta dan Bandung sebaiknya kita berkelompok
jangan berpisah
2. Jika kita akan
memasuki Trans Studio Bandung kita harus mengantri, setelah mengantri kita baru
dapat bermain wahana yang ada di Trans Studio Bandung, Sebaiknya bawa uang saku
yang mencukupi karena disana tidak boleh membawa makanan
3. Jika ingin pergi
wisata ke Jakarta Bandung sebaiknya siswa siswi diwajibkan menabung
4. Jika takut mencoba
wahana di Trans Studio Bandung sebaiknya jangan mencobanya
5. Jangan membeli barang
yang tidak bermanfaat, pandai-pandailah dalam menawar barang agar dapat harga
yang sesuai dengan kualitas
6. Siapkan obat-obatan
yang diperlukan selama dalam perjalanan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Direktori masjid
Bersejarah
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Istiqlal
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indah
https://id.wikipedia.org/wiki/Lubang_Buaya
http://ppiptek-tmii.blogspot.co.id/p/blog-page.html
http://museum.geology.esdm.go.id/profil/sejarah
https://id.wikipedia.org/wiki/Trans_Studio_Bandung
https://teamtouring.net/sejarah-cibaduyut-bandung.html
LAMPIRAN FOTO :
Post a Comment for "contoh laporan wisata ke jakarta"